3 Hari 2 Malam di Bali. Ngapain? (Edisi 1)

3 hari 2 malam di Bali
Hai!

Selama 3 hari 2 malam di Bali, Ade dan saya melakukan beberapa hal.
Rasa-rasanya kami baru saja terlelap hingga kemudian alarm di telepon genggam berbunyi tepat pada pukul 2 dini hari. Saya terbangun, namun tidak langsung membangunkan Ade. Barang belum sepenuhnya dikemas dan saya biarkan saja begitu hingga tepat pukul 3.

Memanaskan air, menyiapkan mangkok dan gelas, menyeduh susu, serta membuat sereal. Pesawat kami akan berangkat pukul 4.30 pagi ke Bali dan kami sebaiknya mengisi perut lebih dahulu. Pukul 3 saya membangunkan Ade dan memastikan bahwa barang-barang telah benar-benar dikemas.

Waktunya benar-benar tepat. 10 tahun kemudian saya kembali mengunjungi Bali. Terakhir kali adalah pada awal tahun 2008 seusai menjadi pasukan pengibar bendera pusaka di Kabupaten Wajo 6 bulan sebelumnya.

Hari Pertama di Bali, Motor Rental yang Menyelamatkan

3 hari 2 malam di Bali

"100 ribu saja untuk sampai ke sana, pak. Di sini ojek online dilarang masuk. Busnya juga tidak tentu kapan datangnya," seorang pria berkulit sawo matang dengan celana bahan berkemeja batik menawari kami jasanya.

"Ke Sanur kan?" dia melanjutkan.

Kami diam-diam saja. Pasalnya setelah mengecek tarif GoCar, harga yang tertera tanya 52 ribu untuk alamat yang kami tuju. Ade masih bersikeras untuk jalan kaki ke gerbang, sementara saya masih rela menunggui bus Sarbagita datang.

Liburan murah ke Bali gini amat ya? 😅

Oiya, di Bali bus Damri dinamai bus Sarbagita. Tepat seperti ramalan bapak tadi, bus ini benar-benar tidak diketahui waktu kedatangannya. Beberapa petugas bandara yang ditanyai hanya mengatakan, "Tunggu di sana saja," sambil menunjuk arah-arah yang kemudian diperjelas dengan papan penanda.

Menghabiskan dua roti yang saya makan beruda dengan Ade tampaknya malah membuat kami ingin makan makanan berat. Jarum jam menunjukkan angka 9, tepat sejam kami mondar mandir di bandara Ngurah Rai.

Akhirnya, Ade dan saya memutuskan untuk jalan kaki hingga ke gerbang.

Kami berjalan keluar dengan masing-masing ransel. Ade menggendong tas laptop dan saya memanggul tas pakaian. Langit benar-benar bersahabat, tak ada matahari yang tampak. Di depan tulisan besar I Gusti Ngurah Rai, saya menawarinya untuk berfoto namun ditanggapi dengan muka masam.

Sekira pukul 9.20 kami tiba di gerbang dan saya tiba-tiba teringat video Windy Ariestanty yang menyewa motor di Bali. Tidak butuh waktu lama, saya sudah terhubung dengan Whatsapp si empunya jasa rental motor di Bali.

Baca juga: Where to Rent a Motorbike in Bali? Here is The Answer

Sambil menunggui balasannya, kami memutuskan untuk melalui lorong yang tepat berada di sebelah kiri saya, Jalan Elang namanya.

Rupa-rupa aroma kemenyan Bali menyeruak, ini masih pagi dan orang-orang baru saja selesai berdoa. Sesekali kami berpapasan dengan pengendara motor atau beriringan dengan anak sekolahan dengan langkah-langkah cepat.

3 hari 2 malam di Bali

"Silakan isi dulu format di bawah ini," lewat setengah sepuluh saya menerima balasan. Seusai mengirimi semua dokumen dan data yang dibutuhkan, saya menerima pesan untuk bersabar menunggu.

"Bilang, kami menunggu di depan TKK Soverdi Tuban, Jalan Kompleks Burung Nomor 46," kata Ade.

Tepat pukul 10. Dua orang dengan dua motor pun datang. Kami bersalaman, salah satunya memintai KTP mengeluarkan nota pembayaran.

Oh, jasa rental motor di Bali yang satu ini tidak meminta KTP atau apapun itu untuk jaminan. Hanya dimintai pembayaran langsung uang sejumlah Rp. 180.000,- untuk sewa motor 3 hari 2 malam selama di Bali. Bahkan uang segitu sudah termasuk asuransi. Jadi, jika terjadi apa-apa pada motor, kamu tidak usah membayar atau mengganti apapun. Menarik bukan?

"Luar biasa, cuma modal kepercayaan," Ade terheran-heran.

Pindah Kantor di Rumah Sanur

Seusai mendapatkan motor, kami menyetel Google Maps dan berangkat ke Rumah Sanur.

Perjalanan selama kurang lebih 15 menit itu menyenangkan. Angin berhembus pelan, matahari pun tidak terik hampir mendung. Kami tiba dan memesan nasi goreng bumbu Bali, mie goreng, jus jeruk, serta kopi.

3 hari 2 malam di Bali

3 hari 2 malam di Bali

Cuti di kantor yang saya ambil secara tiba-tiba memang tidak diniatkan untuk liburan. Jadilah saya kembali harus bekerja hingga sore.

Tepat pukul 16.30 kami berpindah ke Pantai Kuta. Tapi di perjalanan, secara tidak sengaja melintas di depan Krisna—toko oleh-oleh Bali yang tersohor itu.

"Beli oleh-oleh saja dulu, mumpung lagi lewat. Ada beberapa titipan teman," Ade menepuk pundak.

"Oh, begitu. Ya sudah, saya juga mau beli kopi kalau ada."

Selesai mengurus pembayaran, kembali kami buru-buru ke motor dan saya kembali tancap gas. Kami harus mengejar matahari terbenam di Pantai Kuta.

3 hari 2 malam di Bali

Terkagum-kagum dengan suasana Jalan Raya Pantai Kuta setelah 10 tahun tidak ke sini membuat saya melambatkan motor. Beberapa kali matahari mencoba tampak, cahayanya mengenai wajah lalu hilang terhalang bangunan-bangunan.

"Duduk di sana bagaimana?" tawar Ade sambil menunjuk kursi kososng.

"Yang itu kita harus beli minum di situ. Di sana saja," balas saya sambil berlalu. Saya merogoh plastik dari Krisna, mengambil selembar sarung Bali pesanan seorang kawan dan menggelarnya di pasir.

Ade tertawa berusaha protes.

"Tidak apa-apa. Pasir tidak akan menempel. Pasirnya bersih. Duduk di sini," saya kembali merogoh kresek mencari kacang untuk dicamil.

3 hari 2 malam di Bali

3 hari 2 malam di Bali

Matahari sebenarnya telah tertelan cakrawala. Sementara yang tersisa hanya pendar-pendar kuning di luas langit biru. Seperti matahari yang ditelan cakrawala, percakapan-percakapan pun demikian—kami tertelan oleh diam menyaksikan petang yang datang.

Makan Malam dan Nginap Dimana di Kuta?

"Eh, cari makan sebelum ke hotel. Makan di mana ya?" tanya saya.

Ade merogoh hape, memijat layar, "Di sini, tidak jauh."

"Oke, jalan kaki saja."

Perjalanan kami tak mulus, tempat makan yang dituju menyediakan makanan tidak halal dan kami ragu. Malam semakin beranjak, beberapa kali berhenti di tempat makan lokal, kami malah menjatuhkan pilihan di Yoshinoya 😀

"Kamu kan belum pernah coba. Jadi, makan ini saja."

"Ya sudah, pilihkan saja menunya," saya menyerah, kecapean.

Baca juga: 3 Hari 2 Malam di Bali. Ngapain? (Edisi 2)

Jika tidak salah ingat, duh ingatan saya lemah. Sialnya, tidak ada catatan. Sekira pukul 10 malam kami meninggalkan Kuta. Kami tidak menginap di daerah sana, melainkan di Nusa Dua. Sejam berkendara dari Kuta.

Tepat pukul 11 malam kami tiba di Hotel Amaris. Selama di Bali, kami akan menghabiskan 3 hari 2 malam di sini. Ada dua alasan memilih Amaris; sarapan pagi yang tersedia serta jarak yang dekat dari lokasi kegiatan Ade.

Seusai mengurus check-in, kami langsung menuju kamar. Lelah dan kantuk mendera. Sayup-sayup sebelum saya benar-benar lelap, Ade mencak-mencak, "Ardan.. Kamu tidak sikat gigi dulu?!"

***

Nih buat jajan