Hal-Hal Ini Terjadi di 2019


“Jadi bagaimana dengan 2019-mu?” ujarnya sambil menarik kursi dan membetulkan letak kacamata.

Tiga pasang mata mengarahkan fokusnya ke saya. Di dalam ruangan bermesin pendingin itu ada kami berempat. Saya menghadiri sesi tertutup dengan tiga orang atasan yang setiap Senin-Jumat saya temui.

Sesi ini digelar untuk mendengarkan keluh kesah, resolusi, serta hal-hal yang terjadi selama setahun belakangan.

Karir


“Penuh dengan kejutan,” balas saya.

Kamu  tahu, bekerja di tempat manapun di dunia ini akan selalu punya sisi baik dan buruk. Begitu pula dengan agensi tempat saya bekerja selama dua tahun terkahir di mana selalu ada Love-Hate Relationship.

Saya selalu senang melihat rekening bank terisi untuk kemudian saya belanjakan. Sialnya, selalu ada pekerjaan yang mendesak sana sini tidak kenal waktu yang menghampiri. Belum lagi beberapa manajemen tidak terlalu baik sehingga kekesalan tidak jarang bertambah.

Ketika sisi optimis muncul, maka saya akan menghadapinya dengan dada terbusung dan jari yang terkepal di udara (halah!). Sebaliknya, jika sisi pesimisme menguasai, saya akan membuka Linkedin dan mengaktifkan mode Open For Opportunities.



Di empat bulan pertama 2019 saya sempat mengaktifkan mode ini dan undangan wawancara berdatangan. Jelang Idul Fitri, saya pun mendapatkan tiga surat penawaran secara resmi, salah satunya Start Up Unicorn di Indonesia.

Menggiurkan? Tentu saja.

Keingingan untuk pindah kantor ini kemudian saya diskusikan dengan atasan yang berujung pada tawaran yang sama terkait jabatan dan gaji di tempat lain. Saya pun memilih untuk menerimanya dan menetap.

Baca juga: 3 Hal di 2015

Keuangan


Di tahun yang sama Ade juga mendapatkan statusnya sebagai pegawai tetap setelah sebelumya dikontrak selama tiga tahun. Tawaran pindah kerja dan perubahan status Ade di rumah sakit sontak berdampak pada keuangan kami.

Kamu tahu? Salah satu hal menyenangkan dari menikah adalah punya dua gaji yang digabung.

Punya rejeki ini membuat kami tidak jarang makan di luar. Selain kemampuan memasak yang terbatas, malas gerak menjadi pemicu hal ini dan di Jakarta ini, ongkos untuk makan di luar tidak pernah murah.

Saya menghabiskan banyak akhir pekan di 2019 dengan bekerja di Starbucks. Letaknya yang dekat dari tempat tinggal kami, internet yang lancar, dan tempat nyaman yang ditawarkan menarik saya untuk menghabiskan banyak uang di sana.

Perilaku seperti ini jelas buruk untuk kondisi keuangan.

Baca juga: Hal-Hal Ini Terjadi di 2018

Mengontrak di Jakarta


Keputusan terbesar lainnya yang kami buat di 2019 ini adalah mengontrak di Jakarta setelah sebelumnya ngekos sana sini. Oiya, banyak rekan sejawat kami yang menyayangkan hal ini. Sialnya, mereka tidak memberi solusi terkait tempat tinggal murah di Jakarta.

Oh, come on!

Mengontrak di Jakarta ini sebenarnya ide mama. Jelang 2019 berakhir, dia berulangkali menelpon agar saya mencari kontrakan saja sebagai tempat tinggal. Kosan terlalu sempit untuk kami yang sebentar lagi punya teman serumah.

Saya menghabiskan banyak waktu menyusuri gang-gang dan bertanya ke orang-orang di kitaran Kota Bambu Selatan, Jakarta Barat demi mencari tempat tinggal yang harganya sesuai dengan kondisi rumah terbaik.

Soalnya, saya menemukan beberapa rumah tinggal dengan harga murah, namun kondisinya mengerikan. Ada yang lantainya hampir jebol, banyak pula yang tidak punya kamar; petakan saja.

Kalau kata Ade, “Tidak manusiawi.”

Pertemanan


Omong-omong tentang keuangan dan kontrakan, tidak akan lengkap rasanya tanpa pertemanan.  Satu kali di lift kantor saya pernah curi dengar seorang menggerutu, “Di Jakarta ini ada banyak sekali manusia!”

Iya, ada banyak sekali manusia dan kta ada baiknya punya teman yang banyak dan tidak bermain dengan yang itu-itu saja. Di kantor saya selalu menekankan ke teman-teman kalau hubungan kami cukup sebatas kolega.


2019 mempertemukan saya dengan banyak kenalan baru. Teman-teman ini saya dapatkan dengan bergabung di komunitas-komunitas bloger. Jadilah pada akhir Juni 2019 saya secara resmi bergabung di Indonesian Social Blogpreneur (ISB).

Saya selalu percaya pada prinsip 80-20.

80% waktu saya dihabiskan di kantor karena pendapatan utama saya dari situ. 20% dihabiskan dengan melakukan hal-hal yang saya sukai, termasuk ngeblog.

Pertemanan-pertemanan ini pun tidak jarang mempertemukan saya dengan beragam pekerjaan di dunia maya. Internet ini memang membuka munculnya berbagai kerja-kerja menyenangkan.

Baca juga: Hal-Hal Ini Terjadi di 2016

Cinta yang Mengejutkan


Yang paling mengejutkan, menyenangkan, dan menyeramkan adalah janin di kandungan Ade yang ketika tulisan ini dibuat sudah berusia 38 minggu. Tahun depan kami akan punya bayi!

Oh my God! I have no ide what to do.

Hal inilah yang barangkali membuat semuanya bekerja dengan sempurna selama 2019. Karir menanjak, keuangan meningkat, dan kebingungan menjadi-jadi.

Sebagai manusia, saya selalu was-was dengan banyak hal termasuk keuangan. Meskipun banyak yang bilang semua ada jalannya, setiap manusia punya rejekinya masing-masing.

Masalahnya adalah kami tinggal di Jakarta. Salah satu akun Instagram pernah mengejutkan saya dengan biaya pendidikan usia taman kanak-kanak yang uang pembayarannya melebihi ongkos saya selama menempuh S1 selama 5 tahun di Makassar.

Belum lagi peran sebagai orang dewasa yang kian bertambah. Kami dihadapkan dengan banyak pilihan hidup lengkap dengan masalahnya yang kompleks. Jikalau boleh memilih mau tetap sebagai anak-anak saja di mana ketakutan saya hanya berkutat pada matematika.

Sayangnya, hal tersebut adalah sebuah kemustahilan.

***

Nih buat jajan