The Vegetarian Bukan Untuk Vegan
Satu lagi perbedaan kecil antara keadaan di 1931 dengan 2006 adalah orang-orang Papua Nugini di 2006 makin terlihat seperti orang-orang kebanyakan di Amerika dengan tubuh kelebihan berat badan dengan ‘perut bir’ menggelambir di atas ikat pinggangnya.
Selain itu, statistika kesehatan masyarakat Papua Nugini modern menunjukkan jumlah kasus diabetes yang terkait dengan kelebihan berat badan, ditambah dengan kasus-kasus seperti hipertensi, penyakit jantung, stroke, dan kanker yang tidak dikenal satu generasi silam.
Penyakit-penyakit
ini dikenal dengan istilah Non-Communicable Disease (NCD) yang diartikan
sebagai penyakit tidak menular, namun menjangkiti hampir seluruh penduduk dunia
hari ini. Di negara-negara Eropa, Amerika, dan Jepang nyaris 90% dari mereka
meninggal karena mengidap salah satu NCD. Begitu kira-kira tulisan yang dipaparkan
oleh Jared Diamond dalam bukunya The World Until Yesterday yang saya tamatkan 2
tahun silam.
Saya
teringat buku tebal Jared Diamond itu setelah menamatkan The Vegetarian karya
Han Kang, pemenang Man Booker International Prize 2016. Judul aslinya
sebenarnya Ch’aesikjuuija dalam bahasa Korea, namun oleh Deborah Smith
diterjemahkan dalam bahasa Inggris. Terjemahan inilah yang memenangkan
penghargaan novel terjemahan terbaik dari seluruh dunia, mengalahkan karya
Orhan Pamuk, Kenzaburo Oe, dan Eka Kurniawan. Yang saya baca adalah versi
bahasa Indonesianya—Vegetarian.
Adalah Kim Yeong Hye, seorang istri yang mempunyai pekerjaan memasukkan teks
ke dalam balon percakapan komik, yang merupakan sentra cerita dari buku dengan
tebal 221 halaman. Vegetarian terbagi dalam tiga babak: Vegetarian, Tanda Lahir
Kebiruan, dan Pohon Kembang Api. Cerita dibuka oleh suami Yeong Hye sebagai
orang pertama tunggal yang menceritakan tentang kehidupan rumah tangganya yang
berjalan baik-baik saja bahkan membosankan karena minimnya interaksi antara dia
dan istrinya. Namun untuk keadaan seperti itu dia berterima kasih, setidaknya
dia tidak direcoki oleh telepon-telepon istrinya yang seperti terjadi pada
banyak kehidupan rumah tangga teman kerjanya. Hal-hal demikian itu saking
seringnya akan berujung pada pertengkaran.
Suatu
malam istrinya mendapat mimpi sehingga dia membuang semua daging yang ada di
rumah mereka, pun dengan semua makanan berbahan dasar daging. Setelahnya muncul
narasi-narasi gelap yang menyinggung tentang luka, darah, dan pembunuhan.
Bagian ini diceritakan oleh istrinya sebagai orang yang mengalami mimpi tersebut.
Tak
dinyana, berawal dari mimpinya, kehidupan rumah tangga mereka berubah drastis.
Suami Yeong Hye pun mengabari mertuanya terkait perubahan sikap Yeong Hye yang
berubah menjadi seorang vegetarian. Tubuhnya mengurus tak terurus.
Di
pertemuan keluarga, kehidupan vegetarian yang dilakoni Yeong Hye mendapat
penolakan oleh adik, kakak, ibu, dan ayahnya. Tanpa daging seseorang akan kekurangan
protein, budaya makan Korea pun tak memberi ruang pada seorang vegan karena
seluruh makanan dan bahannya adalah daging. Konflik puncak terjadi setelah
tragedi Yeong Hye ditampar oleh ayahnya dan dia mengiris nadinya. Pada bagian
dua buku Han Kang ini, sudut pandang berubah ke kakak iparnya yang seorang
seniman video. Han Kang dengan sangat detail bercerita tentang kehidupan
seniman dan bagaimana mereka mengerjakan karya, tak heran karena dia adalah
seorang guru besar dan mengajar di Institut Seni Seoul.
Si
kakak ipar sangat tertarik pada Tanda Lahir Kebiruan pada bokong Yeong Hye.
Olehnya itu, ia dengat sangat hati-hati mengajak adik iparnya untuk dilukisi
bunga-bunga badan telanjangnya sambil direkam melalui kamera videonya.
Persetujuan Yeong Hye ini membuatnya berimajinasi lebih liar, dia membayangkan
persetubuhan Yeong Hye dengan seorang
laki-laki berbadan tegap tanpa gelambir di perutnya—yang olehnya juga dilukisi
bunga-bunga. Seperti di bagian pertama, bagian kedua buku ini juga diselingi
cerita-cerita dari sudut pandang lain, kakak Yeong Hye. Di akhir
bab, pukulan telak menerpa sang kakak, keterkejutan, ketakutan dan kebencian
tiba-tiba menerpanya karena mendapati adiknya digarap oleh suaminya dengan
alasan sedang menggarap karya berikutnya. Hal ini menggiring saya melihat nafsu
dan seni menjadi kabur. Ditambah dengan percakapan-percakapan dalam diri kakak
ipar Yeong Hye sebagai orang pertama tunggal.
Pada
bagian Pohon Kembang Api, cerita pun berpindah dari sudut pandang kakak Yeong
Hye yang mengalami perceraian akibat ulah suaminya dan harus mendatangi adiknya
di rumah sakit tiap waktu. Dari seluruh rangkaian kejadian yang menerpanya dia
pun masih kekeh menjadi vegan, Yeong Hye semakin mengurus. Dia bahkan
mulai menolak makan, terlihat seperti anak-anak dan bercita-cita menjadi pohon.
Pohon katanya tidak butuh makan, dia hanya butuh matahari untuk
berfotosintesis. Dia pun bertingkah bak pohon. Pada bagian ini saya memikirkan hipotesis: orang dewasa terlalu banyak makan, makanya jadi jahat dan memiliki nafsu besar pada banyak hal. Anak kecil malas makan, makanya selalu bahagia.
Kak, aku berdiri dengan tanganku, daun tumbuh dari tubuhku, akar mencuat dari tanganku. Aku menancap ke dalam tanah. Tanpa henti, tanpa henti. Uh, bunga ingin merekah dari selangkanganku sehingga aku harus melebarkan kakiku, mengangkang lebar-lebar...
Jika berharap untuk mendapatkan tubuh ideal dari
buku ini dengan menjadi vegetarian, maka kita telah melakukan kesalahan. Han
Kang kemungkinan besar tidak menulis buku ini untuk menjadi sebuah panduan
hidup menjadi vegan karena di buku ini seorang vegan sungguh menderita. Belakangan
Yeong Hye mengidap skizofrenia dan anoreksia. Buku ini malah menjadi pengingat
bagi saya untuk tidak makan berlebihan. Bukannya apa, Jared Diamond pun lebih dulu telah menjelaskannya
melalui paparan data yang dia kerjakan bertahun-tahun dan beberapa orang-orang
di sekeliling saya mengidap penyakit NCD hingga meninggal. Singkatnya, makan
daging dengan berlebihan dan pola makan tidak teratur itu akan menyiksamu
dan perlahan membunuhmu.
Post a Comment