Bocor Halus Bikin Kempis Generasi Milenial dan Z
“Yaelah, dua ribu doang pelit amat!”
Tanggapan ini saya terima saat menolak permintaan teman untuk mengirimkan
uang ke dompet digital saya sendiri. Saya hanya akan mengisi dompet tersebut
jika benar-benar butuh atau jika isinya tidak cukup lagi untuk membayar sesuatu
yang mendesak.
Saya membuat komitmen terhadap diri sendiri kalau jadwal pengisian
dompet digital hanya seminggu sekali. Jika habis dan ada tawaran cashback yang
lebih besar, saya cenderung melewatkan tawaran tersebut.
Soalnya, biaya dua ribu tersebut jika dikumpulkan selama sebulan
bisa untuk membayar seporsi nasi, sayur sop, ikan tongkol, tahu orek, dan dua
mendoan di warteg terdekat. Oiya, ditambah es teh manis!
Padahal yang diminta oleh teman saya ini hanya Rp18 ribu untuk
membayar es kopi susu kekinian yang lagi promo
gajian via dompet digital. Setelah perdebatan yang cukup pelik, dia pun
mengalah dan membayar es kopi susu tersebut dengan uang tunai.
Keadaan ini mungkin tidak hanya terjadi kepada saya, tapi kamu
juga.
“Itu Latte Factor. Pengeluaran-pengeluaran kecil yang tidak
penting setiap bulannya,” tegas Dipa Andika, Business Owner Hahaha Corp. yang
juga seorang Financial Planner.
Jika diartikan oleh akamsi, Latte Factor ini adalah bocor halus.
Istilah ini baru saya ketahui saat ikut di obrolan Show Me The
Money: Smart Financial Moves to Achieve Your Goals bersama Dipa Andika dan
Riana Bismarak sebagai pembicara dengan moderator Ucita Pohan.
Acara yang digelar di Dhonika Eatery, Cilandak, Jakarta Selatan
(23/11) ini diprakarsai oleh Home Credit dan dihadiri oleh banyak komunitas
dari berbagai latar belakang, mulai dari Blogger, Komunitas Motor, hingga
Komunitas Parkour.
Intinya, mereka semua memiliki benang merah yang sama yakni
sama-sama Generasi Milenial dan Gen Z. Eh, beberapa kolonial deng 😅
Masalah Keuangan Milenial dan Gen Z
Selain biaya transfer dompet digital tadi, bocor halus keuangan
generasi sekarang juga biasanya terletak pada online shopping setiap ada promo, beli camilan, ongkos transportasi
online, sampai es kopi susu kekinian
yang jumlah bejibun dan kian hari bertambah.
Seluruh pengeluaran ini jika dijumlahkan, maka hasilnya tak kan
terkira. Sebagai contoh, es kopi susu kekinian harganya Rp18 ribu dikalikan
dengan jumlah hari kerja rata-rata orang kantoran yakni 20 hari, hasilnya pun
Rp360 ribu.
Berapa jumlah total uang yang harus dikeluarkan selama setahun
untuk segelas kopi? 😐
Itu baru kopi. Belum lagi ongkos transportasi online. Jikalau tidak sedang buru-buru, tidak ada salahnya
menggunakan alternatif transportasi lainnya yang lebih murah, Transjakarta misalnya.
Tidak bisa dimungkiri, keduanya merupakan masalah utama saya. Di
pagi hari sebelum masuk kantor, saya tidak jarang membeli kopi terlebih dahulu.
Alasannya sih simpel saja, “Biar bisa fokus.”
Memang sih bisa lebih fokus dan tampak lebih keren menenteng segelas kopi
menuju kantor, tapi kalau setiap hari dan tidak ada penanggulangan, bisa-bisa
saya tidak punya tabungan masa depan.
Agar Dompet Tidak Kempis
“Kalau saya sih, beli mesin kopi. Jadi setiap hari bisa minum kopi
yang rasanya bisa disesuaikan dengan keinginan,” terang Riana Bismarak, Founder
Belowcepek.com, di sesi yang berlangsung hingga pukul 13.00 WIB ini.
Perempuan yang juga aktif di berbagai bidang ini mengaku awalnya
sering mengalami bocor halus. Namun, pelan-pelan diubahnya agar bisa punya
tabungan dan mewujudkan Financial Goalsnya.
Oiya, #FUNancial Goals ini sendiri merupakan rencana keuangan untuk
apa yang diinginkan nantinya, intinya #YangKamuMau deh 😉
Sebagai contoh, tidak ada salahnya mempunyai Financial Goals untuk beli rumah, beli mobil, menikah tahun depan, atau belajar ke luar negeri.
Sebagai contoh, tidak ada salahnya mempunyai Financial Goals untuk beli rumah, beli mobil, menikah tahun depan, atau belajar ke luar negeri.
Semuanya sah-sah saja yang jelas kamu menyiapkan semuanya. Mengutip
Dipa, “Yang paling penting adalah nanti gimana bukan gimana nanti.”
Begitulah, persoalan keuangan ini sebenarnya bukan merupakan hal
yang mudah. Sekali kamu menyentuhnya, maka ada beragam hal yang akan kamu
pelajari selanjutnya.
Hal ini dikarenakan permasalahan keuangan bukan hanya persoalan
berhemat untuk masa depan cerah, tapi juga bagaimana agar penghematan tersebut
membuahkan hasil lebih. Kondisi inilah yang menutut kamu dan saya tahu aturan
penting perencanaan keuangan.
Kamu harus memisahkan gaji yang kamu dapatkan setiap bulannya ke
dalam dua pos: belanjaan bulanan dan tabungan.
Tabungan ini sendiri pun terbagi ke dalam tiga pos: pribadi, keluarga, dan
pekerjaan.
Dari semua hal tersebut, kamu pun wajib menyiapkan dana darurat.
Aturannya pun sederhana saja.
Bagi kamu yang masih single, dana darurat tersebut harus 3 kali
lipat pengeluaran bulananmu. Bagi mereka yang telah menikah, maka angkanya
harus 6 kali lipat. Sementara jika kamu sudah menikah dan punya anak, dana
darurat yang ada harus sejumlah 9-12 kal pengeluaran.
Nah, bagaimana? 😏
Langkah pertama yang dapat kamu tempuh untuk mulai menghindari
bocor halus ini adalah dengan mengamalkan kalimat seorang Will Smith, seorang
aktor dari Negeri Paman Sam, “Too many people spend money they haven’t earned,
to buy things they don’t want, to impress people they don’t like.”
Sepakat? 😎
Sepakat? 😎
***
Post a Comment