Masa Depan Kita Berawal Dari Urusan Belakang

sanitasi adalah

Di suatu malam Minggu yang cerah, saya sedang menikmati makan malam bersama Ade.

Kami yang tidak memasang televisi di rumah menjadikan Youtube dan Netflix sebagai tontonan. Secara tidak disangka, di lini masa Youtube ada video dari portal berita yang meliput sebuah kawasan di barat Jakarta.

Kawasan tersebut dipadati oleh ratusan ribu jiwa yang membuatnya disebut-sebut sebagai kawasan dengan penduduk terpadat di Asia Tenggara. Dengan banyaknya orang, hal ini jelas membawa berbagai macam permasalahan.

Salah satu yang menarik perhatian adalah toilet.

Di sana, ada banyak keluarga yang tidak memiliki toilet di rumahnya. Sebagai solusi, dibuatlah toilet umum yang digunakan secara komunal.

Seorang perempuan paruh baya mengungkapkan bahwa kondisi sekarang sudah jauh lebih baik dibandingkan bertahun-tahun silam di mana orang-orang buang hajat di sekolah besar belakang rumah.

Betapapun membaiknya kondisi ini, jelas masih jauh panggang dari api.

Infografis: USAID IUWASH PLUS
Bagaimana mungkin penduduk ibu kota negara dengan penduduk terbanyak keempat di dunia tidak punya akses terhadap toilet yang layak? 😧

Hal ini kemudian melempar ingatan saya ke sebuah pagi beberapa tahun lalu.

Kejadiannya pagi-pagi sekali. Tante saya membangunkan untuk memintai saya tolong agar membelikannya soda api di toko bangunan terdekat. Klosetnya mampat.

Kebayang kan betapa tidak mengenakkannya dibangunkan dan disuruh membeli soda api untuk melarutkan tinja yang menumpuk? 😕

Cegah Toilet Dari Masalah

pengertian sanitasi

Mencegah terjadinya permasalahan ini sebenarnya dapat dilakukan dengan mudah. Hal ini baru saya ketahui beberapa hari lalu di diskusi Kumpul Blogger dan Vlogger bersama USAID IUWASH PLUS dan PD PAL JAYA (19/11) di Comic Café, Tebet, Jakarta Selatan.

“Kapan kalian terakhir kali menguras septic tank di rumah? Ika Fransisca, seorang advisor bidang pemasaran dan perubahan perilaku USAID IUWASH PLUS, mengajukan pertanyaan.

Lebih dari 50 orang peserta yang hadir kebingungan menjawab pertanyaan ini. Saya yang mengekos di Jakarta bahkan tidak tahu di mana letak tangki septik kosan tersebut. Kamu bagaimana? 😬

Menyedot tangki ini minimal harus dilakukan dua tahun sekali. Hal ini untuk menghindari tangki septik penuh, merembes, hingga berakhir dnegan pencemaran lingkungan. Bahkan, terjadinya gangguan kesehatan mulai dari diare hingga stunting berawal dari jamban.

Tidak percaya? 😏

Pada 2018, akses sanitasi ke toilet mencapai lebih dari 74,5%, termasuk 7% sanitasi aman. Sayangnya, pencapaian ini tidak diikuti oleh penurunan diare dan stunting. Masih di tahun yang sama, rata-rata kejadian diare di Indonesia mencapai 7% dan tingkat stunting masih di atas 30%.

Pada 2017, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (KLKH) merilis data bahwa 75% sungai di Indonesia tercemar dan ada 60% polutan yang disumbangkan oleh air limbah domestik yang tidak diolah dengan benar.

Urusan kuras menguras tangki septik itu pun ternyata tidak boleh sembarangan. Hal ini diungkapkan oleh Dr. Subekti SE MM, direktur utama PD PAL JAYA, “Di dalam tangki septik mengandung gas metan. Pastikan operator paham betul mengenai alur pengerjaannya dan tahu persis ke mana hasil sedotan tersebut dibuang.”

Kalau kamu ingat, beberapa waktu lalu bahkan ada berita tangki septik meledak. Kejadian ini terjadi karena proses yang tidak benar dan sesuai standar prosedur yang berlaku.

Dosa Jariyah Bernama Sanitasi


“Sanitasi yang tidak aman saya istilahkan sebagai Dosa Jariyah,” tegas Zaidah Umami; sanitarian dari Puskesmas Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan.

Kalau ditelusuri lebih lanjut, pernyataan ini ada benarnya juga. Pasalnya, pengelolaan sanitasi ini kemudian melibatkan kualitas hidup masyarakat.

Bayangkan, jika kamu dan saya buang air besar secara sembarangan (BABS) di sungai misalnya. Sementara di area sungai yang lainnya, beberapa orang mencuci pakaian dan memanfaatkan air sungai tesebut sebagai air minum.

Keadaan ini jelas bisa berakhir dengan gangguan pencernaan. Betapa kita telah membawa dampak buruk bagi kehidupan seseorang.

Lantas, apa yang bisa kita lakukan dengan untuk menghindari hal ini?


Infografis: USAID IUWASH PLUS
Membuat sanitasi aman. Apa lagi itu? 😒

Sanitasi aman sebenarnya adalah sistem saniasi yang bertujuan untuk mengakhiri sumber pencemaran limbah domestik ke sumber air. Sistem ini meliputi 4 hal yakni antara lain sebagai berikut:

  1. Penampungan: Memastikan tangki septik yang kamu kedap dan memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI).
  2. Pengangkutan: Menyedot berkala atau terjadwal tangki septik dan memastikan buangannya sampai ke unit pengolahan. Jangan sampai di buang ke sungai lagi.
  3. Pengolahan: Memastikan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) berfungsi dengan baik.
  4. Higiene: Menerapkan program cuci tangan pakai sabun perlu diterapkan untuk memperbaiki tingkat kebersihan (higiene) masyarakat.

Belajar dari Tebet Timur


Menariknya, diskusi bersama pakar sanitasi ini berlanjut dengan blusukan di lorong-lorong RT 08 RW 10 Kelurahan Tebet Timur.

Saya pun bertemu dengan Pak Wahyono yang pada 1 Mei 2019 telah membuat sendiri tangki septiknya. Berbekal rupiah 5 juta, dia mengusahakan agar tinjanya tidak lagi dialirkan ke sungai yang berada tepat di depan rumahnya.


Tangki septiknya terhubung dengan tangki septik komunal atau (Instalasi Pengolahan Air Limbah) IPAL Komunal yang diusahakan oleh Ibu Wiwi, seorang kader posyandu. IPAL ini sendiri mampu memuat pembuangan masyarakat sekitar hingga 30 kepala keluarga.

Keberadaan IPAL ini pun jelas menjadi pelajaran berharga bagi kita semua, jika memang setiap rumah tidak mampu menyediakan tangki septik yang aman. Iya kan? 😉

Oiya, bagi yang masih bingung, ciri-ciri tangki septik aman itu antara lain:

  • Harus kedap air
  • Punya lubang kontrol
  • Memiliki ventilasi
  • Tersedia pipa masuk dan keluar
  • Dipastikan disedot, dingakut, dan dibuang dengan truk tinja secara reguler ke IPLT

Begitulah, permasalahan yang kerap dianggap urusan belakangan ini; sialnya, punya pengaruh besar terhadap  ke kehidupan mendatang banyak orang. Masa depan kita pun berawal dari urusan belakang.

***

Nih buat jajan