Hari ke-4: Petandang Pagi

Atas nama apa kamu bertandang sepagi ini?

Memecah ruang-ruang yang telah lama ditinggal dan sepi, kita tidak lagi berjarak lewat pesan-pesan singkat. Di ruang, tamu kamu menghambur percakapan. Sekedar menikmati sarapan dengan tawa yang melengking, kamu adalah pengusik pagiku. Kamu membuatku mendekap di kamar, menjadi penakut di rumah sendiri. Kedatanganmu cukup lama karena aku yang menunggu kepergianmu. Bagi orang-orang yang dibuat menunggu, waktu akan terasa lama lebih lama. Aku tidak menyukaimu dan tidak ingin bersamamu walau kamu membawa kenangan dan cinta yang katanya kamu rengkuh berpuluh tahun.

Beberapa kutulis puisi, kurapal doa terbaik yang kupunya, semoga ini menjadi dekade paling akhir dan kamu pergi bersama hujan-hujan dan aku akan tetap bahagia bersama ibuku. Gerimis pagi ini adalah sebuah mimpi. Mimpi yang mendatangiku dan menjadi kenyataan. Hingga akhirnya, ini adalah mimpi terburuk.


Pelita Raya, 4 Januari 2013.

Nih buat jajan