Sehat di Usia Lanjut



“Gila-gila itu, jangan mako bati-bati (tidak usah pedulikan),” seorang lansia sontak menegur Ade, mahasiswi keperawatan, ketika meneriaki Abang.
“Gila-gila kenapai, Nek?” tanya Ade sambil tertawa.
“Meninggal anaknya, anaknya yang satu tinggal di Antang, jarang datang. Berdua mami (saja) istrinya di rumahnya,” jawab lansia lain.


Abang, 70 tahun, adalah manusia lanjut usia (lansia) yang sering mondar-mandir ketika senam lansia. Perawakannya yang tinggi kurus serta humoris kadang membuat lansia lain tertawa lewat gurauannya. Seringkali ia menolak untuk ikut senam lansia, alasannya ia baru saja jogging keliling lorong atau bersepeda. Namun untuk diukur tekanan darahnya, ia selalu bersemangat.



Aktivitas senam lansia ini menjadi rutin diadakan di sebuah lorong di Kelurahan Tamua Kecamatan Tallo Kota Makassar sejak mahasiswa keperawatan Universitas Hasanuddin mendirikan posyandu lansia 2008 lalu. Selain senam lansia, tiap bulan juga diadakan pemeriksaan kesehatan bagi lansia. Walaupun posyandu ini menumpang di rumah warga berukuran 4 x 6 meter, setidaknya hal ini membuat mereka merasa tidak terpinggirkan dari keluarga dan masyarakat.




Undang-Undang No. 13 tahun 1998 mendefinisikan manusia lanjut usia sebagai orang yang telah berumur 60 tahun ke atas. Data Proyeksi Penduduk Indonesia 2005-2025 dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa angka harapan hidupIndonesia adalah 72,4 tahun untuk perempuan dan 68,4 tahun untuk laki-laki. Hal ini menandakan bahwa tiap anak yang lahir diperkirakan akan hidup rata-rata sampai umur 70,4 tahun. Selain itu, BPS juga mencatat ada 77.444 jiwa lansia di Makassar dari total 1.408.072 jiwa lansia Indoneisa. Deretan angka ini kiranya membuat kita menaruh perhatian lebih kepada lansi, sebab kedepannya lansia diharapkan tetap bahagia dalam menjalani sisa hari tuanya walaupun mengalami berbagai penurunan fisiologis dan psikologis. Harian Fajar, Januari 2015 lalu memuat berita dengan headline “Ibu SYL Minta Fasilitas Khusus Lansia”. Di dalamnya diberitakan bahwa orang tua Gubernur Sulawesi Selatan ini meminta kepada Walikota Makassar untuk minimal diberi lokasi khusus jalan kaki yang dilengkapi pegangan. Ketua Lansia Sulsel ini mengaku, dunia sudah menganjurkan setiap kota untuk memiliki fasilitas untuk lansia. Menanggapi hal tersebut, Walikota Makassar kemudian menjanjikan fasilitas untuk warga yang telah lanjut usia berupa jalur khusus bagi pengguna kursi roda serta pengguna tongkat. Apalagi kota ini, katanya, punya visi mewujudkan Makassar menjadi kota dunia yang nyaman untuk semua tanpa adanya batasan (antarasulsel.com, 27/01/2015).




Fasilitas memang bukan merupakan satu-satunya penanda apakah sebuah negara ramah bagi lansia. Masih ada keamanan pendapatan, kapabilitas personal, dan apakah manusia bisa hidup di lingkungan itu atau tidak. Penanda ini ditentukan oleh organisasi HelpAge International dan dari data Global AgeWatch Index 2014, Indonesia menduduki peringkat 71 dalam daftar negara paling ramah bagi para manusia lanjut usia (lansia). Sedangkan, peringkat pertama diduduki oleh Swedia. Jadi, untuk menghabiskan masa lanjut usia dengan suasana ramah dan nyaman, kita, warga kota Makassar tidak harus dipindah ke Swedia, ‘kan?

-

Tayang di makassarnolkm.com : link

Nih buat jajan