2 Warung Kopi di 2 Kota Berbeda
Lalu lintas terlihat padat dari arah timur saat saya tiba
di perempatan Jalan Gading Raya dan Jalan Kopyor Raya, Kelapa Gading, Jakarta
Utara. Sementara matahari belum tampak padahal jarum jam telah menunjukkan
angka 7. Saya menghabiskan 45
menit jalan kaki dari kosan ke perempatan yang ramai oleh kendaraan pribadi
itu. Sebelumnya saya harus berterima kasih ke Google Map yang telah menuntun
saya ke tempat ini, Kedai Kopi dan Bakpao Kwang Koan.
Di awal pekan kemarin secara tidak sengaja saya menemukan
kedai kopi tradisional ini di youtube. Setelah wara-wiri dan mengukur jarak di
perambah, lewat pukul 5 pagi Sabtu kemarin saya menuju tempat ini. Tiba di sana
saya tidak lantas mencari tempat duduk karena memang tempatnya terlihat penuh
oleh orang-orang yang sedang sarapan. Saya berdiri di sudut dapur selurus
kompor yang terus memasak air panas dan memerhatikan peracik yang menuang kopi,
teh, dan susu ke cangkir-cangkir yang berjejer rapi di sebelah kanannya dengan
sangat cepatnya. Setelah dituang, minuman-minuman itu dijemput oleh para
pelayan dengan baki lebar untuk diantarkan ke mereka yang telah memesan. Ada
pula beberapa orang yang antri menunggui minuman mereka yang take away. Jadi
meskipun ramai, kita tidak perlu menunggu lama untuk minuman yang dipesan.
Peracik itu adalah Johnny Poluan, seorang Cina-Manado
yang membuka kedai kopi tepat di Jalan Kopyor Raya Blok Q1 Nomor 1 sekira 2009
lalu. Dia, yang meracik kopi Toraja, adalah juga pemilik tempat ini. Kedai Kopi Johny dan Bakpao Kwang Koannya buka mulai pukul 6 pagi hingga sore hari.
Setelah puas melihat om John meracik minuman untuk
para pelanggannya, saya menyapukan pandang mencari tempat duduk. Di bangku
putih yang memanjang, saya duduk menyudut menantikan kopi susu yang saya pesan.
Berkali-kali orang menanyai kursi kosong di depan saya. Warung kopi legendaris
ini sungguh ramai. Orang-orang kesulitan mencari tempat duduk. Tidak ada gap
strata sosial ekonomi yang terlihat di sini karena dari yang jalan kaki hingga
pengendara mercy, dari yang berkaos tipis hingga bergaya perlente cair dan larut
dalam suasana ngopi.
Untuk penganan, Kopi Johny punya banyak rupa-rupa bakpao
yang dihargai Rp. 12.000 hingga Rp. 15.000,-. Dari hasil perambahan yang saya
lakukan sebelumnya, harga kopi susu yang banyak tertera adalah Rp. 6.000,-
sementara kopi susu yang saya sesap akhir pekan kemarin adalah seharga Rp.
12.000,-. Harganya sudah naik. Sementara harga untuk kopi hitamnya adalah Rp.
10.000,-.
Jika kamu tidak ingin makan bakpao, ada banyak pilihan
makanan lain karena di sekililing om John, terlihat seperti food court. Para
pelayannya akan datang menawarimu daftar menu yang dapat kamu pilih sesuai
selera.
Oiya, dibanding ngopi
di modern coffee shop, saya memang selalu memilih warung kopi seperti Kedai
Kopi Johny dan Bakpao Kwang Koan ini. Pasalnya, saya punya kesempatan bertemu dan
mengobrol dengan orang dengan berbagai latar belakang. Kamu tahu kan modern
coffee shop hanya dikunjungi oleh kalangan tertentu?
Sehari sebelum ke Jakarta, saya juga menyempatkan ngopi di Warung Kopi Temangnge di tengah
kota Sengkang, Kabupaten Wajo. Tempat yang berlokasi tak jauh dari Pasar
Mini Sengkang ini, di salah satu lorong di Jalan Masjid Raya Sengkang, sudah ada sejak 1954 dan melintasi dua
generasi.
Tempat ini terbilang sempit apalagi dengan tungku besar di
tengahnya. Mereka memasak air dengan tidak menggunakan kompor gas melainkan
kayu bakar, sehingga ada rasa khas yang tidak akan temui di tempat minum kopi
lainnya. Kudapan pendamping kopimu di tempat ini adalah bolu faranggi.
Kue bolu dengan saus manis di tengahnya. Kopi susunya seharga Rp. 10.000,-
sementara bolu faranggi dihargai Rp. 2.500,-.
Yang unik dari warkop ini adalah pengunjungnya yang
berubah tergantung jam. Pagi sekali saat baru buka di pukul 5, warkop ini akan
dipenuhi oleh jamaah masjid yang baru pulang dari melaksanakan salat subuh.
Mereka akan nongkrong di sini hingga sebelum pukul 7 pagi. Setelah itu, mereka
akan digantikan oleh para polisi, pegawai pemerintahan, dan orang kantoran yang
akan berangkat kerja. Banyak sekali perbincangan yang terjadi di antara
mereka—mulai dari hal remeh hingga hal pelik seperti politik. Warkop ini melayani
para pelanggannya hingga pukul 6 sore, dari Senin sampai Minggu.
Dari dua warkop di dua kota berbeda yang saya sambangi, barangkali benar bahwa warung kopi yang sederhana dengan bentuk seadanya terlihat seperti jantung sebuah kota, tempat dimana banyak hal diracik sebelum diaduk untuk memulai sebuah hari.
Dari dua warkop di dua kota berbeda yang saya sambangi, barangkali benar bahwa warung kopi yang sederhana dengan bentuk seadanya terlihat seperti jantung sebuah kota, tempat dimana banyak hal diracik sebelum diaduk untuk memulai sebuah hari.
Post a Comment