Makan & Belanja di Bangkok. Kemana Saja? (Bag.1)
Chat dari teman kantor tersebut saya hapus di penerbangan Jakarta - Bangkok. Kebiasaan menghapusi percakapan di aplikasi Private Messenger memang saya pelihara. Pasalnya sederhana saja, saya tidak suka melihat banyak pesan yang menumpuk.
Hari itu Kamis 22 Maret 2018. Saya meninggalkan kantor dua jam sebelum jam kerja berakhir. Tujuan saya mencari makan sekaligus menukar segepok rupiah ke baht. Besoknya, tepat Jumat pagi—kantor membawa semua karyawannya terbang ke Thailand.
Sesaat setelah duduk di kursi pesawat, memasang sabuk pengaman, dan mengorek-ngorek tempat majalah—saya tidur. Adegan pesawat lepas landas harus terlewatkan oleh kantuk yang tak tertahankan.
Kamu harus tahu, semalaman saya tidak tidur. Niat hati balik ke kantor sebelum jam kerja usai, apa daya terjebak macet di belantara Kuningan. Jadilah saya pulang ke kosan dan tiba menjelang pukul 10 malam. Menyelesaikan beragam urusan, berkemas, dan tepat pukul 1 dini hari saya ke kantor.
Pukul 2-nya, bersama beberapa teman, saya ke bandara Soekarno Hatta.
Pengumuman berbahasa Thailand dengan pelantang suara di dalam pesawat membangunkan saya. Sesaat lagi pesawat mendarat di bandara Dong Mueang. Perjalanan udara ini menghabiskan waktu sekira 4 jam.
Saya meraih handphone, mengecek jam. Sesaat lagi jam 11 siang. Tidak ada perbedaan waktu antara Jakarta dan Bangkok. Setelah beragam urusan di bandara selesai, kami menuju Show DC untuk makan siang. Dan mall ini menjadi mall perdana yang menjadi lokasi kunjungan pertama.
Dari Show DC perjalanan berlanjut ke Art in Paradise di Esplanade Shopping Mall. Kamu tidak usah heran, perjalanan kali ini berpindah dari mall ke mall. Kata om Som, pemandu kami, Bangkok memang merupakan destinasi wisata belanja favorit orang Indonesia.
Sorenya, Chocolate Ville menjadi tujuan berikut. Tempatnya berada di luar kota Bangkok.
Kamu pasti berpikiran bahwa ini adalah kampung coklat dimana orang-orang bisa makan coklat sepuasnya. Oh, tidak ya?
Oke, itu pikiran saya ketika mendengar nama tempat ini.
Areanya tidak terlalu luas tapi dikonsep sedemikian rupa untuk memanjakan orang-orang. Chocolate Ville buka dari jam 4 sore hingga tengah malam. Di sini, kamu bisa menikmati outdoor dinner ala-ala. Ada beberapa angsa yang berenang di kolam-kolam. Setiap sudutnya manis sekali.
Kamu tahu apa yang paling saya sukai dari tempat ini? Yap, toiletnya 😅
Karena keburu pipis, saya mencari toilet. Sesampainya di sana, saya harus keluar masuk untuk memastikan bahwa tempat yang saya masuki adalah toilet. Pasalnya, toilet Chocolate Ville ini serasa kamar hotel berbintang lima.
Menenangkan sekali dengan pengharum ruangan yang membuat saya lupa bahwa kandung kemih saya sudah menggembung.
Kami tiba di Royal Dragon Resto Bangkok untuk makan malam. Kamu harus tahu, tempat ini meraih Guiness Book of Records sebagai World's Largest with A Seating Capacity of 5000 and A Staff of 1200 in An Area of 8.35 Acres. Sampai-sampai, para waitress menggunakan sepatu roda untuk mengantarkan makanan.
Saya deg-degan melihat mereka mengantarkan semangkuk sup dengan bersepatu roda.
Saya juga kepikiran, apa iya jika ingin bekerja di sini kita harus mahir bersepatu roda?
Gedung-gedung menjulang dengan jalan layang di sekelilingnya menjadi lanskap yang saya lihat ketika bangun di The Patra Rama 9 Hotel Bangkok.
Tak ada lagi pemandangan dua gunung dengan matahari di atasnya, sawah yang menghijau di sebelah kanannya, serta rumah pak tani di kirinya. Halah!
Tempat ini mengingatkan saya kepada Danau Tempe di Sengkang. Jalur sungai yang ditempuh menggunakan perahu sama saja.
Yang membedakan Chao Phraya dengan Danau Tempe adalah pemandangan di sekelilingnya. Chao Phraya dikelilingi oleh bangunan-bangunan menjulang, sementara Danau Tempe dijejeri rumah panggung.
Baca juga: Menyusur Jalur Sutra Sengkang dan Danau Tempe
Jika di Magelang ada Candi Borobudur, maka di Bangkok ada Wat Arun, sebuah kawasan candi Buddha. Detail-detail tempelan keramik di bangunan ini cantik sekali.
Karena kami berada di lokasi wisata ini tepat siang hari, saya melihat Wat Arun seperti raksasa yang memicingkan mata mengawasi para wisatawan di bawahnya.
Makan siang di Bangkok hari kedua diadakan di Nouvo City Hotel. Seperti makanan-makanan sebelumnya, lidah saya menjawab tidak tiap kali ditanya, "Bagaimana makanannya? Enak tidak?"
Sekira pukul 3 sore, bus menurunkan kami di Chatuchak. Siapa yang tidak tahu tempat ini?
Awalnya, Chatuchak hanya buka hari Sabtu Minggu. Persis namanya, Chatuchak Weekend Market. Namun kini, pasar dengan area yang sangat luas dengan barang dagangan yang beragam juga buka pada hari Jumat.
Istilah nyasar di pasar tak terelakkan bagi saya yang pertama kali ke tempat ini. Sesaat sebelum meninggalkan Chatuchak saya meniatkan untuk kembali lagi ke tempat ini suatu hari, agar bisa berlama-lama. Amin gak? Amin 💆
Eh, habis?
Gak! Ceritanya bersambung, gaes! 😃
Yuk, baca lanjutannya di sini: Makan dan Belanja di Bangkok (Bag.2)
Places to Visit in Bangkok: Show DC, Art in Paradise, Chocolate Ville
![]() |
Beberapa teman kecewa melihat rak buku di Show DC ini. Kamu tahu sebabnya? Semuanya palsu. Rupa-rupanya hanya dekorasi. |
Sesaat setelah duduk di kursi pesawat, memasang sabuk pengaman, dan mengorek-ngorek tempat majalah—saya tidur. Adegan pesawat lepas landas harus terlewatkan oleh kantuk yang tak tertahankan.
Kamu harus tahu, semalaman saya tidak tidur. Niat hati balik ke kantor sebelum jam kerja usai, apa daya terjebak macet di belantara Kuningan. Jadilah saya pulang ke kosan dan tiba menjelang pukul 10 malam. Menyelesaikan beragam urusan, berkemas, dan tepat pukul 1 dini hari saya ke kantor.
Pukul 2-nya, bersama beberapa teman, saya ke bandara Soekarno Hatta.
Saya meraih handphone, mengecek jam. Sesaat lagi jam 11 siang. Tidak ada perbedaan waktu antara Jakarta dan Bangkok. Setelah beragam urusan di bandara selesai, kami menuju Show DC untuk makan siang. Dan mall ini menjadi mall perdana yang menjadi lokasi kunjungan pertama.
Dari Show DC perjalanan berlanjut ke Art in Paradise di Esplanade Shopping Mall. Kamu tidak usah heran, perjalanan kali ini berpindah dari mall ke mall. Kata om Som, pemandu kami, Bangkok memang merupakan destinasi wisata belanja favorit orang Indonesia.
Sorenya, Chocolate Ville menjadi tujuan berikut. Tempatnya berada di luar kota Bangkok.
Kamu pasti berpikiran bahwa ini adalah kampung coklat dimana orang-orang bisa makan coklat sepuasnya. Oh, tidak ya?
Oke, itu pikiran saya ketika mendengar nama tempat ini.
Areanya tidak terlalu luas tapi dikonsep sedemikian rupa untuk memanjakan orang-orang. Chocolate Ville buka dari jam 4 sore hingga tengah malam. Di sini, kamu bisa menikmati outdoor dinner ala-ala. Ada beberapa angsa yang berenang di kolam-kolam. Setiap sudutnya manis sekali.
Kamu tahu apa yang paling saya sukai dari tempat ini? Yap, toiletnya 😅
Karena keburu pipis, saya mencari toilet. Sesampainya di sana, saya harus keluar masuk untuk memastikan bahwa tempat yang saya masuki adalah toilet. Pasalnya, toilet Chocolate Ville ini serasa kamar hotel berbintang lima.
Menenangkan sekali dengan pengharum ruangan yang membuat saya lupa bahwa kandung kemih saya sudah menggembung.
Makan Malam di Royal Dragon Resto Bangkok
Kami tiba di Royal Dragon Resto Bangkok untuk makan malam. Kamu harus tahu, tempat ini meraih Guiness Book of Records sebagai World's Largest with A Seating Capacity of 5000 and A Staff of 1200 in An Area of 8.35 Acres. Sampai-sampai, para waitress menggunakan sepatu roda untuk mengantarkan makanan.
Saya deg-degan melihat mereka mengantarkan semangkuk sup dengan bersepatu roda.
Saya juga kepikiran, apa iya jika ingin bekerja di sini kita harus mahir bersepatu roda?
Hotel in Bangkok, The Patra Rama 9
Gedung-gedung menjulang dengan jalan layang di sekelilingnya menjadi lanskap yang saya lihat ketika bangun di The Patra Rama 9 Hotel Bangkok.
Tak ada lagi pemandangan dua gunung dengan matahari di atasnya, sawah yang menghijau di sebelah kanannya, serta rumah pak tani di kirinya. Halah!
Places to Visit in Bangkok; Wat Arun & Chatuchak
Sesudah sarapan dan berfoto rombongan, perjalanan ditujukan ke Chao Phraya River.Tempat ini mengingatkan saya kepada Danau Tempe di Sengkang. Jalur sungai yang ditempuh menggunakan perahu sama saja.
Yang membedakan Chao Phraya dengan Danau Tempe adalah pemandangan di sekelilingnya. Chao Phraya dikelilingi oleh bangunan-bangunan menjulang, sementara Danau Tempe dijejeri rumah panggung.
Baca juga: Menyusur Jalur Sutra Sengkang dan Danau Tempe
Jika di Magelang ada Candi Borobudur, maka di Bangkok ada Wat Arun, sebuah kawasan candi Buddha. Detail-detail tempelan keramik di bangunan ini cantik sekali.
Karena kami berada di lokasi wisata ini tepat siang hari, saya melihat Wat Arun seperti raksasa yang memicingkan mata mengawasi para wisatawan di bawahnya.
Makan siang di Bangkok hari kedua diadakan di Nouvo City Hotel. Seperti makanan-makanan sebelumnya, lidah saya menjawab tidak tiap kali ditanya, "Bagaimana makanannya? Enak tidak?"
Awalnya, Chatuchak hanya buka hari Sabtu Minggu. Persis namanya, Chatuchak Weekend Market. Namun kini, pasar dengan area yang sangat luas dengan barang dagangan yang beragam juga buka pada hari Jumat.
Istilah nyasar di pasar tak terelakkan bagi saya yang pertama kali ke tempat ini. Sesaat sebelum meninggalkan Chatuchak saya meniatkan untuk kembali lagi ke tempat ini suatu hari, agar bisa berlama-lama. Amin gak? Amin 💆
Eh, habis?
Gak! Ceritanya bersambung, gaes! 😃
Yuk, baca lanjutannya di sini: Makan dan Belanja di Bangkok (Bag.2)
Post a Comment