KJSA 2019: Jalan Terang Peneliti Cilik Indonesia


“Waktu itu saya di Medan. Berangkat ke Jakarta adalah pengalaman pertama saya dan bulan depan saya akan berangkat ke Amerika Serikat,” tutur Fira Fatmasiefa.

Perempuan berkerudung ini merupakan alumni Kalbe Junior Scientist Award (KJSA) 2011 di mana pada tahun tersebut menjadi tahun pertama pelaksanaan KJSA. Dia diterima sebagai mahasiswa di Jurusan Astrofisika di University of California, Berkeley, Amerika Serikat.

“Saya tak pernah membayangkan hal ini. KJSA telah menjadi kegiatan yang telah mengubah hidup saya.”

Fira, sapaan akrabnya, waktu itu masih duduk di bangku kelas 5 sekolah dasar di Medan, Sumatera Utara. Pada 2011 dia dan adiknya menciptakan penemuan berupa alarm pendeteksi ompol bayi.

Penemuan ini berangkat dari masalah seorang gurunya yang waktu itu tidak sempat masuk karena harus mengurusi popok bayinya. Fira bersaudara menemukan bahwa popok yang terlalu lama digunakan bisa mengiritasi kulit bayi, apalagi jika popoknya telah dipenuhi air seni.

Namun jika tidak memakai popok, sang bayi bisa-bisa basah kuyup karena pengasuhnya tidak tahu bahwa dia sedang mengompol. Adanya alarm pendeteksi ini akan memberitahukan kapan bayi mulai mengompol sehingga sang ibu atau pengasuhnya bisa bertindak lebih cepat untuk menangani si Kecil.

Menarik kan?

Bayangkan, anak SD kelas 5 telah mampu memecahkan masalah melalui sains.


Tidak bisa dimungkuri bahwa sains ada di setiap sendi kehidupan kita. Jika selama ini orang-orang menganggap bahwa sains itu melulu tentang pola pergerakan planet, cara kerja hormon manusia, serta segala sesuatu yang membosankan, maka KJSA berhasil mengubah itu semua.

Soalnya, sejak 2011 Kalbe telah menyiapkan wadah bagi para siswa di SD dan SMP untuk bermain-main dengan sains sambil memecahkan masalah yang ada. Tapi masalah seperti apa?

Tergantung masalah yang siswa siswi ini temukan. Ada beragam masalah yang bisa diselesaikan mulai dari materi pembelajaran, lingkungan hidup, tempat tinggal, masyarakat, energi, makhluk hidup, serta beragam kemungkinan-kemungkinan lainnya.

Bagaimana Membuat Karya Sains?

Pertama, amati hal-hal yang terjadi di sekitar dan cari permasalahan yang membutuhkan solusi di bidang sains. Kedua, berkonsultasilah dengan guru sains di sekolah atau orang tua setelah kamu punya ide.

Ketiga, minta bantuan guru atau orang tua untuk mendampingimu karena beberapa pekerjaan barangkali memerlukan bantuan orang dewasa. Terakhir, siapkan presentasi agar orang lain bisa membantumu mewujudkan solusi terhadap permasalahan yang ada.


Oiya, KJSA pun menjadi wadah yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan di sekitarmu sekaligus menjadi pemicu lahirnya peneliti-peneliti cilik di Indonesia. Belum lagi perkembangan teknologi dan kecepatan internet terus melaju sehingga bukan tidak mungkin ide-ide yang dihasilkan akan jauh lebih cemerlang.

Nah, jika kamu punya adik atau saudara yang masih duduk di bangku SD dan SMP, jangan ragu untuk mengajak mereka untuk ikut KJSA 2019 yang pendaftarannya dibuka hingga 15 September 2019.

Selain hadiahnya yang bernilai ratusan juta rupiah, KJSA bisa jadi merupakan pintu masuk yang tepat bagi mereka untuk bisa mengikuti dan bahkan melebihi kisah hidup Fira yang telah memenangkan beragam lomba sains internasional sebelum akhirnya diterima di University of California.

Untuk informasi pendaftaran dan sebagainya cek di website resmi KJSA ya!


***

Nih buat jajan