Berhentilah Merokok, Apalagi Saat Covid-19
“Bats, kuy!”
Begitu Dani
memanggil teman-teman yang lain untuk bergabung dengannya. Tidak lama setelah
kode ini dilemparkan beberapa orang akan mengekor.
Mereka menuju lantai bawah gedung di sebuah pojok dengan tulisan Smoking Area.
Dani, 26
tahun, memang telah berhenti menggunakan rokok tembakau sebagai bahan isap
selama 5 bulan terakhir. Menurutnya, dia sedang berusaha menghentikan aktivitas
buruknya ini, namun perlu waktu.
Langkah
yang ditempuh adalah dengan mengganti rokok konvesional yang telah diisapnya
selama 3 tahun menjadi rokok elektrik. Begitu pula teman-temannya yang lain.
Dari 7 orang yang setiap harinya ditemani, kini tersisa 1 orang yang aktif menggunakan
rokok tembakau.
Sejak Jokowi,
Presiden Indonesia, mengeluarkan imbauan untuk belajar, bekerja, dan beribadah dari
rumah, sontak kantor saya kemudian menerapkan sistem bekerja dari rumah selama
masa pandemi Covid-19 di Indonesia.
Hal ini pun
menjadikan pemandangan di Smoking Area gedung tempat saya bekerja tidak lagi
terlihat. Dani dan seluruh teman-teman perokoknya pun kini harus bekerja dan
merokok dari rumahnya masing-masing.
Sialnya, pola
hidup yang apa-apa dikerjakan dari rumah ternyata menimbulkan risiko baru
berupa polusi di dalam rumah. Sebuah perusahaan tekonologi asal Tiongkok menyebut
polusi udara di dalam rumah meningkat. Salah satu faktornya disebabkan oleh
asap rokok.
Perlu diketahui, World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa Covid-19 yang merebak saat ini menyebabkan infeksi pernafasan mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih parah seperti MERS dan SARS.
Perlu diketahui, World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa Covid-19 yang merebak saat ini menyebabkan infeksi pernafasan mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih parah seperti MERS dan SARS.
Apa dampak buruk dari kondisi ini?
Dr. Frans
Abednego Barus, Sp.P Dokter spesialis paru menyebutkan fakta bahwa terdapat hubungan
Covid-19 dan perilaku merokok.
“Perilaku merokok memperbesar risiko dan meningkatkan komplikasi.”
Dokter yang
juga tergabung di dalam Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) ini mengungkapkan
bahwa perokok termasuk ke dalam kelompok risiko terpapar Covid-19 dan sulit diselamatkan.
Kondisi ini
disebabkan oleh rusaknya daya tahan mekanik tubuh yang berfungsi untuk mengusir
kuman dan benda asing lainnya yang masuk ke dalam tubuh. Belum lagi daya tahan
kimia berupa IGEA yang berkurang drastis menyebabkan perokok sangat rentan
terhadap Covid-19 yang kini merebak di hampir seluruh negara di dunia.
Sementara WHO menjelaskan bahwa para perokok, baik elektronik maupun tembakau, rentan mengalami Covid-19 karena tindakan merokok yang melibatkan kontak jari (dan kemungkinan rokok yang terkontaminasi) dengan bibir; yang meningkatkan kemungkinan penularan virus dari tangan ke mulut.
Ingatan saya
kembali ke Dani dan seorang kawan yang masih aktif mengisap rokok tembakau. Betapa keluarga yang hidup satu atap dengannya pasti merasa
terganggu dengan asap yang diembuskannya.
Ternyata,
menurut Nina Samidi, Manajer Komunikasi Komnas Pengendalian Tembakau Indonesia, aktivitas seperti jaga jarak, memakai masker, dan mencuci
tangan saja tangan tidak cukup untuk mengatasi Covid-19.
Pemerintah
tampaknya lupa bahwa aturan tidak merokok di dalam rumah perlu ditegakkan. Pasalnya,
tidak merokok juga menjadi bagian dari perilaku hidup sehat.
“Kesadaran masyarakat memang sudah ada, namun tidak adanya aturan tegas sering kali membuat kesadaran ini luntur. Sehingga wajar jika masyarakat mengalami kelonggaran terhadap aktivitas merokok,” ujar perempuan yang diwawancarai oleh KBR.id.
Banyaknya persoalan yang dihadapi pemerintah terkait Covid-19 membuat saya patah arang terkait kebiasaan merokok orang-orang dan hubungannya dengan pandemi ini. Satu-satunya cara yang perlu ditempuh oleh setiap perokok di Indonesa, yakni berhenti merokok.
Jika sulit, selalu bayangkan nasib anak-anak yang tinggal serumah dengan kita. Betapa sayang paru-paru mereka jika harus dikotori oleh zat-zat beracun yang kita embuskan di udara di dalam rumah. Iya 'kan? 😌
***
"Saya sudah berbagi pengalaman pribadi untuk #putusinaja hubungan dengan rokok atau dorongan kepada pemerintah untuk #putusinaja kebijakan pengendalian tembakau yang ketat. Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog serial #putusinaja yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Indonesian Social Blogpreneur ISB. Syaratnya, bisa Anda lihat di sini."
Post a Comment