Membicarakan Bioskop dan Menanti IDN Pictures

idn-pictures-fajar-nugros

Saya tidak pernah membayangkan film bioskop yang tampil di layar selebar kurang lebih 14x24 meter dengan gambar raksasa tiba-tiba harus berpindah ke layar bercahaya berukuran 6,18 inci.

Hal ini saya sadari setelah menonton Brontosaurus Love atau Cinta Brontosaurus-nya Raditya Dika di Netflix yang disutradarai oleh Fajar Nugros.

Perkembangan teknologi dan kecepatan internet ditambah oleh pandemi Covid-19 yang telah terjadi sejak 7 bulan terakhir membuat orang-orang harus tetap di rumah saja. Beragam fasilitas umum dan tempat-tempat hiburan pun mau tidak mau harus ditutup untuk sementara demi menghindari penyebaran virus ini, termasuk bioskop.

Hasilnya, konsumsi film streaming pun semakin meningkat dan membenturkan saya kepada satu pertanyaan, "Kapan terakhir kali kamu menonton film di bioskop?"

Saya sendiri tidak tahu jawabannya. Saya benar-benar lupa film terakhir apa yang saya tonton di bioskop dan kapan tepatnya.

Selama 7 bulan terakhir saya lebih banyak menghabiskan waktu rebahan dan menonton film-film Indonesia di handphone. Saya malas menonton film di laptop, sementara saya tidak punya televisi di rumah. Namun sebenarnya, menghabiskan film dengan cara ini jauh lebih praktis.

Jika kamu mengantuk atau lapar, di tengah-tengah film kamu bisa menjedanya sambil menyelesaikan keperluan yang ada.

Industri Film Indonesia

idn-pictures-film-indonesia

Menariknya, beberapa film Indonesia yang telah dipersiapkan sejak tahun lalu pun mau tidak mau harus ditunda penayangannya di bioskop dan dipindahkan ke aplikasi layanan film streaming yang ada. Padahal industri perfilman Indonesia sedang menggeliat-geliatnya.

Pada Maret 2019, Ricky Pesik, Wakil Kepala Bekraf menyatakan di London Book Fair 2019 bahwa pertumbuhan jumlah penonton bioskop Indonesia kini mencapai 230% selama 5 tahun terakhir.

Tidak hanya itu, jumlah kayak di bioskop pun bertambah dari 800 layar menjadi 1.800 layar dalam kurun waktu 3 tahun terakhir. Menariknya, ada banyak film Indonesia yang kini masuk dalam deretan box office Indonesia.

Di sisi lain, Indonesia pun mulai dilirik oleh investor dan perusahaan film mancanegara. Sebut saja film Wiro Sableng yang diproduseri oleh Fox Internasional Productions dari 20th Century Fox Film Corporation.

Munculnya IDN Pictures

fajar-nugros-idn-pictures-idn-media

Nah, tahukah kamu kalau di tengah gelombang industri film Indonesia IDN Pictures baru saja hadir sebagai pemain?

Diakuisisi oleh IDN Media, Demi Istri Production bergabung menjadi IDN Pictures pada 12 Mei 2020. Kamu mungkin bertanya-tanya seberapa penting sih Demi Istri Production ini?

Selain Cinta Brontosaurus yang saya jelaskan di atas, Demi Istri Production yang memang merupakan pelaku industri yang digawangi oleh Fajar Nugros dan Susanti Dewi, ini telah menghasilkan beragam film seperti Moammar Emka’s Jakarta Undercover (2017), Terbang Menembus Langit (2018), serta yang terbaru Yowis Ben (2018 & 2019).

Sementara IDN Media sendiri memang merupakan perusahaan media dengan beragam jenis platform yang menjadikan milenial dan gen Z sebagai target market utamanya.

Hadirnya IDN Pictures setidaknya memberikan harapan bagi kita terhadap hadirnya film-film Indonesia berkualitas dengan penonton yang tidak sedikit. Seperti yang diketahui, milenial dan gen Z di Indonesia bakal terus bertambah dan mencapai puncak produktifnya pada 2045.

Dengan demikian, bukan tidak mungkin di masa-masa mendatang kita bakal menyaksikan film garapan IDN Pictures di layar-layar bioskop di dalam dan luar negeri hingga di layar handphone melalui aplikasi layanan film streaming.

Iya 'kan?

idn-media-idn-pictures

Dari sini saya mengingat kalimat terkenal dari Henry Ford yang menyatakan, "Coming together is a beginning. Keeping together is progress. Working together is a success."

Hal ini bisa terlihat jelas dari hasil penggabungan IDN Media dan Demi Istri Production menjadi IDN Pictures.

Jadi, selamat menantikan film film terbaru IDN Pictures 😎

***

Nih buat jajan