Budaya Remixed: Perjalanan Menemukan Diri

budaya-remixed

Kita tentu sepakat bahwa kepribadian kita hari ini tersusun dari kepingan-kepingan dari apa yang sudah kita lalui, rasakan, dan temui sebelumnya.

Lalu, dalam perjalanannya kepribadian kita masih terus mengalami perubahan. Tentu saja, indikatornya balik lagi pada apa yang akan kita lalui, rasakan, dan temui di hari-hari berikutnya.

Menemukan Diri Sendiri

Saya ingat betul pengalaman ini.

Pada saat duduk di bangku sekolah, sewaktu tinggal di sebuah kota kecil di Sulawesi Selatan; saya selalu merasa superior dengan identitas yang saya punya sebagai suku Bugis. Bagaimana tidak, saya tinggal di lingkungan yang homogen di mana 100% teman dan orang-orang terdekat saya adalah orang Bugis.

Setiap hari kami berlaku dan bertutur sesuai dengan budaya yang kami punya.

Namun, mulai beranjak dewasa, berpindah ke berbagai kota, bertemu dengan beragam manusia lainnya; saya lalu merasa bodoh dengan diri saya di masa lalu.

Perasaan bodoh ini lagi-lagi hadir setelah melalui dialog dengan diri sendiri. Memahami setiap cara tutur, perilaku, komunikasi, serta emosi yang berkeliling di sekitar.

Satu hal yang pasti, jika dilihat ke belakang, perasaan malu  pada sendiri itu sebenarnya merupakan bagian dari proses panjang kita sebagai manusia dalam menemukan diri sendiri.

Lalu, setelah melalui pertukaran cerita dengan teman-teman kecil yang mengalami hal serupa, semisal menetap di sebuah kota dan bertemu dengan budaya serta orang-orang yang tidak dikenal sebelumnya, jadilah kami menertawai diri sendiri. Betapa naifnya kami di masa lalu.

Pertanyannya, bagaimana dengan anak-anak saat ini? Apa yang mereka rasakan? Bagaimana mereka menyikapi akulturasi budaya serta derasnya arus teknologi dan komunikasi?

Bertemu Lil'li Latisha

budaya-remixed-adalah

"Wah, Jaksel banget, ya?"

Begitu celetuk salah seorang teman yang ikut menyimak  Instagram Live Bincang MIMDAN #5 bertajuk Budaya Remixed: Perjalanan Budaya, Perjalanan Menemukan Diri. Narasumbernya kebetulan Lil'li Latisha yang jika kamu googling, maka kamu akan kaget melihat angka tahun kelahirannya, 2006! Nggak kaget? Berarti saya yang ketuaan 😖

Evi Sri Rezeki, penulis dan blogger dari Bandung, yang menjadi Host malam itu memaparkan deretan prestasi perempuan usia 16 tahun ini. Lil'li, sapaan akrabnya adalah seorang aktor, penari, content creator, dan pemenang Global Winner Rise For The World 2021.

Usianya yang masih belia bikin saya sempat bertanya dalam hati, "Di umur segini saya ngapain aja, ya?"

Budaya Remixed


Coba tonton dulu video ini deh! Jika sudah, kau bisa melanjutkan membaca cerita berikut ini.

Lil'li mengistilahkan kehidupan yang dijalaninya sebagai Budaya Remixed.

“Mengupas masa lalu, menjelajah masa kini dan merencanakan masa depan. Menangkap, menggabungkan, dan menguatkan ini adalah Budaya Remixed."

Budaya Remixed pada dasarnya merupakan proses pencampuran budaya yang terjadi secara personal maupun kolektif terhadap dua budaya atau lebih. Proses ini sudah terjadi sejak manusia mengenal kebudayaan.

Hanya saja, pencampuran budaya saat ini lebih pesat dan mudah menyebar karena deras arus informasi melalui teknologi dan internet. Begitu cepat dan mudahnya informasi yang diperoleh hari ini mampu mempengaruhi cara pandang kita sebagai manusia secara sadar atau tidak sadar.

Dalam IG Live yang dilaksanakan oleh Pandi lewat Program Merajut Indonesia Melalui Digitalisasi Aksara Nusantara (Mimdan) kemarin, Lil'li bercerita kalau ia memang hasil keluarga remix. Lil'li lahir di Jakarta, punya Ibu yang berasal dari Surabaya, dan Ayah dari Medan.

Kedua orang tuanya yang sempat mengenyam pendidikan di luar negeri, menjadikan Lil'li menggunakan bahasa Inggris menjadi bahasa sehari-hari.

Belum lagi kenyataan bahwa ia punya darah Tionghoa dan menghabiskan kebanyakan waktunya di Internet. Kamu tentu pahan kalau di internet itu western culture mendominasi. 

Nah, bagaimana pemeran Happy di film Kulari ke Pantai (2018) ini menyikapinya? 🤔

Sama seperti saya di masa lalu dan barangkali banyak anak di kitaran usia tersebut menjadikan budaya remixed sebagai sebuah proses menemukan jati diri.

Perjalanan mengembangkan diri mau tidak mau mengikuti perkembangan zaman, yang kata Lil'li; harus tetap mengakar pada budaya Indonesia yang beraneka ragam.

Cara bicara Lil'li bisa jadi ala anak Jaksel; campuran Indonesia-Inggris, tapi karya-karyanya tetap sangat Indonesia.

***

Nih buat jajan