Perjalanan Mengenalkan Buku ke Anak

Cara Mengenalkan Buku ke Anak

Kami sebenarnya terselematkan dengan hal ini. Bahwa saya dan Ade memang sejak dulu lebih senang membeli buku ketimbang barang-barang dasar, seperti pakaian, sepatu, dan berbagai perintilan duniawi lainnya.

Baju kami yang itu-itu saja membuat kami sering diomeli karena tidak punya pakaian baru yang berwarna-warni dan tampak lebih 'bermartabat'.

Saya heran, kenapa kita selalu dinilai dari penampilan ketimbang bacaan?

Oke, jadi sejak bayi, Alinea memang sering kami bacakan buku. Bahkan hampir tiap malam sebelum tidur, aktivitas baca buku sudah jadi kebiasaannya. Kalau ke mall, kami biasanya lebih banyak menghabiskan waktu di toko buku.

Nah, perjalanan mengajarkan anak untuk membaca buku dimulai dari sini.

Kami mulai dengan membeli buku cerita bergambar. Alinea tertarik dengan gambar-gambar lucu dan warna-warni di buku. Saya membacakannya dengan ekspresi yang berlebihan, mengubah suara karakter, dan membuatnya tertawa. Lambat laun, dia mulai meminta dibacakan buku sebelum tidur.

Salah satu kunci mengenalkan bacaan pada anak adalah konsistensi.

Setiap hari, tanpa terkecuali, kami menghabiskan waktu untuk membaca bersama. Baik itu buku cerita, komik anak, atau bahkan majalah edukatif. Kami juga menyediakan rak khusus buku di kamar dan di ruang keluarga. Tempat di mana Alinea atau Aira bisa memilih buku yang ingin dibacanya.

Membaca Buku di Perpustakaan Jakarta

Membaca Buku di Perpustakaan Anak Jakarta

Perjalanan mengenalkan Alinea pada buku dan membaca tidak berhenti di rumah saja.

Salah satu tempat yang menjadi favorit kami adalah Perpustakaan Anak di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Tempat ini layaknya oasis di tengah hiruk-pikuk kota, yang memberikan suasana baru untuk Alinea dalam menjelajahi dunia buku.

Pertama kali kami mengunjungi perpustakaan itu, Alinea langsung terpesona. Area perpustakaan anak di Taman Ismail Marzuki didesain khusus untuk anak-anak, dengan dekorasi yang cerah, rak-rak buku rendah yang mudah dijangkau, dan sudut-sudut membaca yang nyaman. Ada berbagai jenis buku, mulai dari cerita bergambar, buku pengetahuan, hingga komik anak-anak.

Kami menghabiskan waktu berjam-jam di sana. Alinea tertarik dengan buku-buku tentang hewan dan alam semesta. Dia juga terpesona dengan sudut dongeng, di mana kadang-kadang ada pembacaan cerita oleh relawan. Mendengarkan cerita dari orang lain memberikan pengalaman baru baginya, berbeda dari saat saya atau Ade yang membacakan buku di rumah.

Salah satu kegiatan yang kami suka adalah saat perpustakaan mengadakan workshop atau kegiatan kreatif untuk anak-anak. Alinea pernah mengikuti workshop membuat buku sederhana, di mana anak-anak diajarkan cara membuat buku dari kertas dan menghiasnya dengan gambar serta cerita buatan mereka sendiri.

Kegiatan seperti ini tidak hanya mengasah kreativitas tapi juga meningkatkan kecintaan mereka pada buku.

Kunjungan ke Perpustakaan Anak di Taman Ismail Marzuki juga menjadi pelajaran penting bagi Alinea tentang berbagi dan menghargai fasilitas umum. Dia belajar untuk meminjam buku dengan rapi dan mengembalikannya tepat waktu, sebuah pelajaran tentang tanggung jawab yang kami rasa penting.

Perpustakaan Anak di Taman Ismail Marzuki tidak hanya sekadar tempat untuk membaca, tapi juga ruang belajar dan bermain. Setiap kali kami berkunjung, selalu ada hal baru yang dipelajari Alinea dan Aira, entah itu dari buku yang dibacanya, kegiatan yang diikutinya, atau dari interaksi dengan anak-anak lain.

Tips Mengenalkan Buku ke Anak

Tips Mengenalkan Buku ke Anak

Beberapa tips yang mungkin bisa diikuti orang tua lain dalam mengenalkan buku pada anak adalah:

  • Pilih Buku yang Sesuai Usia dan Minat Anak: Buku dengan banyak gambar dan warna cerah biasanya lebih menarik bagi anak-anak.
  • Jadikan Membaca sebagai Rutinitas: Membacakan buku sebelum tidur atau saat waktu santai bisa membantu membentuk kebiasaan ini.
  • Libatkan Anak dalam Proses Membaca: Tanyakan pendapat mereka tentang cerita, atau biarkan mereka memilih buku yang ingin dibaca.
  • Jadilah Contoh: Anak-anak meniru apa yang dilakukan orang tuanya. Jika mereka melihat orang tua sering membaca, besar kemungkinan mereka juga akan meniru.

Tantangan terbesar adalah ketika anak mulai berinteraksi dengan teman-temannya yang mungkin lebih sering bermain hape.

Kemarin ada teman dan dua anaknya yang mampir ke rumah. Alinea dan Aira heran melihat anak-anak ini lebih senang main hape ketimbang mainan. Anak-anak ini juga merengek dan berteriak saat tidak pegang hape.

Rasa-rasanya di sinilah peran orang tua menjadi penting.

Kami menjelaskan pada Alinea mengapa membaca itu penting dan mengapa kami membatasi penggunaan hape.

Saya percaya, pengenalan buku dan membaca sejak dini adalah investasi terbaik untuk masa depan anak. Ini bukan hanya tentang kemampuan membaca saja, tapi juga tentang mengembangkan imajinasi, empati, dan pengetahuan umum mereka.

Seiring waktu, Alinea mulai mencintai buku. Dia akan memilih buku daripada tablet saat waktu luang. Bagi kami, ini adalah sebuah kemenangan kecil yang berarti.

Memang, tantangan mengenalkan buku pada anak di era digital ini tidak mudah. Tetapi, dengan kesabaran dan konsistensi, saya yakin semua orang tua bisa melakukannya.

***

Nih buat jajan