Kisah Nyata Seorang Bidan Melawan Dukun Beranak di Desa Terpencil
Kebayang nggak di sebuah desa terpencil di Nusa Tenggara Timur, di mana dukun beranak menjadi pilihan utama, dan profesi bidan dianggap asing dalam membantu kelahiran seorang bayi? Di Desa Uzuzozo, seorang bidan muda justru bertekad mengubah cara pandang lama masyarakat dan membantu para ibu dengan pendekatan medis yang lebih aman.
![]() |
Theresia Dwiaudina Sari Putri mengunjungi rumah warga untuk memberikan edukasi mengenai kesehatan ibu hamil. |
Theresia Dwiaudina Sari Putri, yang akrab disapa Dini, sejak kecil menyimpan satu mimpi, yakni membawa perubahan di kampung halamannya, Desa Kekandere di Nangapanda, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Saat ia menamatkan pendidikan D3 Kebidanan di Surabaya pada tahun 2016, mimpinya tak redup, bahkan makin menguat. Ketimbang menjadi tenaga kesehatan bergaji layak di Surabaya, Dini memutuskan kembali ke desa tercinta dengan menjadi tenaga honorer meski dengan gaji yang seadanya pada 2017.
Baginya, ikhlas dalam membantu para ibu hamil adalah kebahagiaan tersendiri. Desa yang indah, namun masih tertinggal dalam hal kesehatan pun memberikan tantangan yang semakin memperkokoh tekadnya.
Uzuzozo yang Terpencil dengan Medan yang Menantang
![]() |
Desa Uzuzozo di pelosok Kecamatan Nangapanda, adalah tempat terpencil dengan akses jalan sulit. Foto: warisanbudayanusantara.com |
Pada tahun 2017, Dini mendapatkan penugasan di Desa Uzuzozo, desa terpencil di pelosok Kecamatan Nangapanda. Lokasinya yang sulit dijangkau membuat Uzuzozo jarang tersentuh pelayanan kesehatan. Jalan berbatu dan berbukit menjadi teman setianya saat berkeliling memeriksa para ibu hamil di desa.
Di desa yang masih sangat tradisional ini, dia terkejut melihat kenyataan bahwa mayoritas ibu melahirkan hanya dibantu dukun beranak, dan banyak anak mengalami stunting akibat kurangnya gizi.
Selama di sana, Uzuzozo mengajarinya sebuah realitas pahit bahwa kesehatan yang layak masih menjadi kemewahan bagi sebagian besar masyarakat setempat.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018, NTT menduduki peringkat tertinggi di Indonesia dengan angka stunting mencapai 42,6% pada balita. Namun, di balik kesulitan itu, Dini melihat kesempatan besar untuk membuat perubahan.
Dia tahu bahwa mengubah kebiasaan yang sudah mengakar bukanlah hal mudah, tetapi ia yakin bahwa segala perubahan besar dimulai dari langkah kecil.
Membangun Kepercayaan Masyarakat
Dengan tekad kuat, Dini mulai mengunjungi rumah-rumah ibu hamil, berusaha memperkenalkan pentingnya pemeriksaan kesehatan secara medis dan bagaimana hal ini bisa melindungi ibu dan bayi. Dia tahu bahwa bagi banyak warga, bantuan dukun beranak terasa lebih aman karena hal ini telah mereka lakukan secara turun temurun.
Namun, Dini tak pernah menyerah. Dia tetap menyelenggarakan pertemuan-pertemuan sederhana di posyandu atau rumah warga, menjelaskan secara sabar tentang risiko yang bisa muncul tanpa pemeriksaan medis, serta manfaat kesehatan bagi ibu dan bayi jika diperiksa secara teratur. Dini mengajak para ibu untuk mempertimbangkan pendekatan kesehatan modern, namun tetap dengan cara yang lembut dan penuh perhatian.
Lambat laun, kepercayaan mulai tumbuh.
Para ibu hamil yang awalnya ragu, kini mulai memeriksakan kandungannya kepada Dini. Mereka melihat bahwa kesehatan ibu dan anak bisa lebih terjamin dengan bantuan medis. Dengan keyakinan baru ini, Dini mendampingi para ibu hingga masa persalinan, meyakinkan mereka untuk melahirkan di fasilitas kesehatan.
Menurunnya Angka Stunting
![]() |
Theresia Dwiaudina Sari Putri dengan penuh perhatian memberikan pemeriksaan kesehatan kepada seorang anak di Desa Uzuzozo, Ende, NTT. Foto: Dokumentasi Pribadi Dini. |
Di tahun 2019, tercatat ada 15 anak di Desa Uzuzozo yang mengalami stunting. Dini tahu bahwa ini adalah langkah awal yang penting. Melalui pendampingan dan edukasi yang konsisten, dia terus berusaha meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Dia juga mengajarkan para ibu mengenai pentingnya nutrisi, asupan gizi yang seimbang, dan pola asuh yang sehat.
Hasil dari perjuangannya mulai terlihat.
Jumlah anak stunting di Uzuzozo berkurang secara drastis, dari 15 menjadi hanya 3 anak dalam beberapa tahun. Kini, anak-anak tumbuh lebih sehat dan kuat, dan para orang tua semakin paham tentang pentingnya kesehatan dan pola makan bergizi.
Dini menyaksikan dampak positif dari kerja kerasnya, dan hatinya terasa penuh melihat senyum sehat anak-anak Uzuzozo.
Masa Depan yang Lebih Cerah di Uzuzozo
![]() |
Theresia Dwiaudina Sari Putri memimpin sesi edukasi kesehatan untuk warga Desa Uzuzozo, Ende, NTT. Foto: kampungkb.bkkbn.go.id. |
Dini kini bukan hanya bidan di desa, tetapi seorang pemimpin komunitas.
Para ibu dan warga desa memandangnya sebagai sosok yang peduli, tulus, dan pantang menyerah. Dia pun menjadi tempat bertanya, pelindung, dan pembimbing bagi para orang tua yang ingin memberikan yang terbaik bagi anak-anak mereka.
Mungkin cerita saya sangat dramatis bagi orang kota. Tapi, saya hanya menceritakan kehidupan di desa apa adanya. Karena di saat kita tidak punya pilihan, hal yang terkesan ekstrem memang jadi terasa biasa saja.
Dedikasinya di bidang kesehatan bahkan membuatnya terpilih sebagai Penerima Apresiasi Bidang Kesehatan Satu Indonesia Awards 2023, sebuah penghargaan bergengsi yang diberikan kepada individu-invididu inspiratif yang telah membawa perubahan positif di bidangnya.
Perjalanan Dini di Desa Uzuzozo menunjukkan bahwa perubahan besar dapat dimulai dari individu yang penuh dedikasi dan cinta untuk desanya. Di setiap pertemuan dan edukasi yang dia adakan, dia selalu mengingatkan masyarakat bahwa kesehatan adalah hak mereka, dan bahwa mereka berhak untuk hidup sehat.
Baginya, Desa Uzuzozo kini bukan hanya sebuah tempat kerja, tetapi rumah keduanya—tempat di mana ia bisa memberikan dampak nyata bagi kehidupan banyak orang.
Mimpi yang Belum Selesai
Ketika malam tiba, Dini sering kali termenung di bawah langit Uzuzozo yang dipenuhi bintang yang mengingatkan dirinya akan perjalanan panjang yang telah dia lalui.
Walaupun dia telah berhasil menurunkan angka stunting di desanya, dia sadar bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Perjalanan ini belum usai; dia ingin terus melangkah, menanam benih kesehatan dan kesadaran untuk generasi mendatang.
Uzuzozo adalah cerita tentang perjuangan, perubahan, dan harapan. Di tangan Dini, desa kecil ini telah menemukan masa depan yang lebih cerah.
***
Referensi:
- https://www.astra.co.id/satu-indonesia-awards
- https://www.kompas.id/baca/tokoh/2023/11/12/theresia-dwiaudina-dewi-kesehatan-desa-uzuzozo
- https://www.cantika.com/read/1852639/theresia-dwiaudina-sari-putri-bidan-desa-yang-merangkul-dukun-bayi-dan-mengedukasi-ibu-hamil
- https://warisanbudayanusantara.com/2024/05/06/akbiat-hujan-deras-tanah-longsor-menutupi-badan-jalan-desa-rapowawodesa-kekandere-dan-desa-uzuzozo/
- https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil-riskesdas-2018_1274.pdf
Post a Comment