7 Cara Memilih Sekolah Islam Terbaik untuk Anak
Teman saya pernah nanya gini, "Nanti kalau kamu pindah ke Depok, TK-nya di mana? SD-nya di mana?"
Saya bilang aja, “Wah, belum kepikiran, coy!”
Saya adalah tipe orang tua yang gak terlalu mikirin jauh-jauh banget soal pendidikan anak. Bukan karena gak peduli ya, tapi rasanya kayak… yaudah nanti aja dipikirin pas udah deket waktunya.
Kenyataan menampar keras waktu saya mulai cari sekolah buat anak. Dan ternyata, wow ya, pilihannya banyak. Labelnya semua bagus-bagus.
Baca juga: Pengalaman Cari PAUD di Depok
Ada yang “Islam Terpadu”, “Pesantren Modern”, ada juga yang brandingnya semi-internasional tapi tetap syar’i.
Awalnya saya pikir, semua sekolah Islam itu ya sama semua. Ada hafalan, ada shalat berjamaah, anak-anak pakai seragam rapi dan guru-gurunya dipanggil ustadz ustadzah.
Tapi setelah ikutan webinar dari Sari Asih Group dan mendengar paparan dari Zayn Ali, praktisi pendidikan sejak 2015, saya mendapat pandangan baru.
1. Sekolah Islam Gak Cuma Soal Label Agamis
Kita kadang mudah terbuai sama kata-kata kayak “berbasis sunnah” atau “menggabungkan kurikulum nasional dan diniyah”.
Tapi, yang saya pelajari adalah: yang paling penting itu kesesuaian nilai.
Apakah nilai-nilai sekolah itu nyambung dengan nilai yang kita pegang sebagai keluarga?
“Orang tua sebaiknya tidak hanya melihat fasilitas sekolah, tapi nilai-nilai yang dipegang oleh institusi tersebut. Apakah selaras dengan prinsip hidup keluarga?”
— Zayn Ali, Direktur LKP LES Global Solusi
Contoh nih, mama saya tuh pengen anak-anaknya nggak cuman jago ngaji, tapi juga punya karakter yang tegas dan bisa tampil di depan umum.
Jadi waktu SMP saya pernah dicarikan sekolah yang menggabungkan tahfidz dengan pelatihan public speaking. Dan ternyata, nggak semua sekolah Islam kasih ruang buat itu.
2. Pilih Modelnya: IT, Boarding, atau Hybrid?
Waktu mulai nyari-nyari, baru sadar kalau sekolah Islam tuh ada banyak jenisnya:
- Sekolah Islam Terpadu (SIT): biasanya full day school, fokus ke akademik dan agama seimbang.
- Pesantren Modern: ini boarding school atau asrama, anak tinggal di sana dan dididik 24 jam.
- Sekolah Islam Reguler + Tahfidz: sekolah formal tapi dengan tambahan hafalan Qur’an.
Saya sempat mikir, kayaknya boarding school bagus deh, biar anak lebih mandiri. Tapi trus kepikiran, apakah dia siap jauh dari rumah? Apakah sekolahnya aman?
Menurut Zayn Ali, yang juga Co-Owner Pabrikguru.com, pesantren modern yang baik nggak hanya tempat tinggal dan belajar. Ia harus menjadi rumah kedua yang membentuk karakter dan kepribadian anak.
3. Pahami Framework 4 Langkah
Framework 4 Langkah: Value → Input → Process → Output
Framework ini tuh kayak checklist simpel tapi dalem.
1. Value
Cocok nggak nilai sekolahnya sama nilai keluarga kita?
Soalnya, proses pendidikan terbaik terjadi ketika keluarga dan sekolah bergerak dengan visi yang sama.
2. Input
Syarat masuknya apa? Terbuka untuk anak berkebutuhan khusus nggak? Fokusnya lebih ke akademik atau agama?
Karena menurut Zayn Ali, sekolah yang baik adalah sekolah yang inklusif. Sekolah tersebut harus menerima keberagaman latar belakang dan mampu mengakomodasi perbedaan karakter anak.
3. Process
Cara berikutnya, adalah proses alias kegiatan harian di sekolah. Guru-gurunya bagaimana? Kurikulumnya gabung nasional dan diniyah nggak? Ada aktivitas yang ngembangin soft skill juga nggak?
“Kualitas pengajaran nggak ditentukan oleh gedung, tapi oleh relasi guru dan murid yang sehat dan suportif.”
— Zayn Ali, Wakil Direktur School of Human
4. Output
Anak-anak lulus dari situ jadi kayak gimana? Hafidz Qur’an aja? Atau juga punya karakter kuat, bisa kerja tim, bisa mikir kritis?
Saya sepakat dengan Zayn Ali yang bilang, tugas pendidikan Islam hari ini adalah mencetak generasi yang unggul dunia akhirat: cerdas intelektual, emosional, spiritual.
4. Keamanan dan Mental Health
Banyak orang tua yang ragu masukin anak ke pesantren karena takut ada kasus kekerasan, bullying, atau anak jadi tertutup.
Di webinar kemarin, Zayn Ali langsung bilang bahwa transparansi dan komunikasi terbuka antara sekolah dan orang tua adalah benteng utama dalam mencegah dan menangani kasus kekerasan.
Kita sebagai orang tua berhak banget nanya soal sistem keamanan, SOP penanganan konflik, dan ada nggak konselor atau psikolog di sekolah.
5. Cek Fasilitas, Termasuk Toiletnya
Keliatan sepele ya? Tapi jujur, waktu saya SD, saya ingat banget kalau sekolah saya itu nggak punya toilet.
Kami pipis di semak-semak belakang sekolah. Saya bahkan pernah pulang cepat gara-gara berak di celana. Haha
Trauma ini membuat saya sadar, kalau sekolah nggak niat jaga kebersihan toilet, gimana mereka ngurusin anak saya?
Fasilitas outdoor, ruang tahfidz, mushola, bahkan rak sepatu pun saya perhatikan. Karena semua itu nunjukin gimana budaya sekolahnya dijaga.
6. Banyakin Tanya, Banyakin Trial
Kalau ada trial class atau open house, JANGAN DISKIP.
Saya sendiri pernah ada di masa, setiap weekend itu jalan-jalan kami sekeluarga adalah trial class. Haha
Ini momen buat ngeliat reaksi anak, ngobrol sama guru, bahkan ngecek interaksi antar guru dan murid.
Saya juga bawa daftar pertanyaan ke setiap kunjungan:
- Kurikulumnya nasional, cambridge, atau gabungan?
- Hafalan Qur’an-nya berapa juz sampai lulus?
- Ada kegiatan minat dan bakat?
- Sistem disiplin anaknya seperti apa?
Kalau mereka jawabnya ngambang, saya coret dari daftar.
7. Libatkan Anak dalam Prosesnya
Anak juga punya feeling. Waktu ikut trial class, anak saya pernah bilang, “Aku nggak mau sekolah di sana.”
Saya tanya kenapa, dan ternyata karena suaranya keras banget.
Hal-hal kayak gini penting.
Karena kadang kita ngerasa sekolahnya oke banget, tapi ternyata anak kita ngerasa nggak nyaman.
Kesimpulannya..
Nggak ada sekolah Islam yang sempurna. Tapi pasti ada yang cocok buat anak kita.
Yang penting: nilai keluarga, kesiapan anak, dan keberanian kita buat banyak nanya.
“Orang tua hari ini bukan hanya penonton pendidikan, tapi mitra utama sekolah dalam membentuk karakter anak.”
— Zayn Ali
Milih sekolah itu bukan lomba mewah-mewahan.
Buat kami, sekolah itu tempat di mana anak tumbuh jadi versi terbaik dari dirinya; bukan cuma pintar, tapi juga berkarakter.
Kalau kamu lagi di fase galau milih sekolah Islam buat anak, semoga cerita ini bisa bantu.
Dan ingat: kalau kamu ragu, itu justru tanda kamu sayang banget sama anakmu.
Rekomendasi Sekolah Terbaik di Tangerang
Buat kamu yang berdomisili di sekitar Tangerang dan lagi galau milih sekolah Islam yang berkualitas, webinar yang saya ikuti kemarin banyak nyebut sekolah ini. Dan jujur, impresi saya cukup positif.
1. Pesantren Modern Tahfidz Arrahmah
Sekolah ini menggabungkan sistem boarding school dengan kurikulum nasional + program tahfidz Al-Qur’an. Tapi bukan cuma itu, mereka juga serius banget soal pembinaan karakter dan life skill anak.
Kata Zayn Ali, yang juga ikut mendampingi sesi webinar kemarin, “Pesantren modern yang ideal itu bukan sekadar tempat ngafal, tapi tempat membentuk jiwa.”
Fasilitasnya lengkap, suasananya tenang, dan program pembinaan akhlaknya terstruktur. Cocok buat kamu yang pengen anak belajar mandiri sambil tetap dalam lingkungan yang islami dan disiplin.
2. SMA IT Arrahmah Cendikia
Kalau kamu lagi cari SMA Islam yang bukan cuma akademik kuat tapi juga punya program tahfidz, bahasa asing, public speaking, dan bimbingan karakter, ini bisa jadi opsi menarik.
Model belajarnya menyatu antara agama, teknologi, dan dunia nyata. Mereka juga terbuka untuk kolaborasi orang tua–sekolah, yang menurut saya penting banget.
“Sekolah yang kuat secara spiritual dan strategis secara akademik akan melahirkan generasi pemimpin masa depan.”
— Zayn Ali
Kalau kamu mau tahu lebih lanjut soal dua sekolah ini, kamu bisa langsung cek akun Instagram atau tunggu info open house berikutnya.
**
Pertanyaan Umum Seputar Memilih Sekolah Islam untuk Anak
1. Apa bedanya sekolah Islam Terpadu (SIT) dengan pesantren modern?
Sekolah Islam Terpadu (SIT) biasanya full day school dengan gabungan kurikulum nasional dan diniyah, tanpa asrama.
Pesantren modern adalah boarding school. Artinya, anak tinggal di asrama dan mengikuti pendidikan agama serta umum secara intensif.
2. Apakah sekolah Islam harus selalu mahal?
Nggak juga. Banyak sekolah Islam yang terjangkau tapi punya kualitas bagus. Kuncinya adalah kecocokan antara nilai, kurikulum, dan fasilitas dengan kebutuhan anak dan keluarga.
3. Kapan waktu terbaik memasukkan anak ke pesantren?
Biasanya di jenjang SMP atau SMA, ketika anak sudah cukup mandiri secara emosional dan sosial. Tapi kesiapan tiap anak beda, jadi penting untuk melibatkan anak dalam keputusan ini.
4. Apa indikator sekolah Islam yang sehat secara psikologis?
Sekolah yang punya konselor, sistem pelaporan yang jelas, komunikasi dua arah antara guru dan orang tua, serta suasana yang hangat dan suportif.
5. Apakah sekolah Islam selalu fokus pada hafalan Al-Qur’an?
Tidak selalu. Beberapa fokus pada tahfidz, lainnya menggabungkannya dengan program kepemimpinan, sains, bahasa, atau soft skills seperti public speaking dan kewirausahaan.
6. Bagaimana cara mengetahui apakah sekolah cocok untuk anak saya?
Ikuti trial class atau open house. Amati reaksi anak, tanya sebanyak-banyaknya ke guru, dan bandingkan antara harapan keluarga dan program yang ditawarkan sekolah.
7. Apa peran orang tua dalam proses pendidikan di sekolah Islam?
Orang tua bukan hanya pengantar anak, tapi mitra sekolah. Aktif ikut kegiatan sekolah, rutin komunikasi dengan wali kelas, dan mendukung proses belajar di rumah adalah hal penting.
***
Post a Comment