Menyapa Hellofest Hingga Berpasar Seni








Kring.. Kring.. Kring..
(Nada telepon genggam Samsong)

Bapaknya Herman : Halo, Herman!
Herman : Iye' pak.
Bapaknya Herman : Kamu dimana?
Herman : Di pasar seni, pak.
Bapaknya Herman : Oh, kamu di pasar.. 
Herman : x0hn%*asf!#khv...
Sambungan terputus.

Percakapan ini diceritakan ulang oleh Herman ke saya. Di pasar seni ITB 2014, Herman ditelepon oleh bapaknya. Mendengar percakapannya, saya melongo.
Perjalanan menikmati desain dan kesenian terbesar sepanjang 22 tahun terakhir, Hellofest (perayaan pop culture di Jakarta) serta Pasar Seni ITB 2014 (perayaan seni sejak 1972 di Bandung). 2012 pertama kali mendengar kata Pasar Seni, selama 3 kali ORANGEFEST, kata ini selalu muncul dalam proposal. Hingga tibalah saya dan kawan-kawan dari Universitas Negeri Makassar di perayaan ini, menyaksikannya secara langsung, larut dalam hinggar bingar manusia dan hujan.

Menjelang closing ceremony Pasar Seni, saya ditanyai oleh Kya (fotografer analog, teman dari Malang asal Makassar), "Apa yang kamu dapatkan di Pasar Seni?"

Saya kemudian kembali melongo, sebab di Pasar Seni saya hanya menemukan lautan manusia.

"Perjalanan tanpa makna bagaikan rumah tanpa roh," Agustinus Wibowo - Titik Nol.

Nih buat jajan