Spontaneity

"Ardan, bukumu yang tebal itu sudah selesai kamu baca?"

Saya sedang asyik mengamati foto-foto di koran saat seorang teman lama menanyai saya perihal membaca. Spontan saya jawab, "Oh, yang Titik Nol? Iya, sudah."

"Kuatmu membaca buku setebal itu, di'?"

"Ya mau diapa, kalau tidak membaca, saya tidak akan tahu apa-apa."

-------------------------------------------------------------------------------------

Saat terbangun pagi hari, kamu perlu melakukan hal spontan.

Keluar kamar, saya menemukan buku dan majalah berserakan. Belum lagi brosur-brosur yang berhamburan. Melirik lemari buku, tidak mungkin lagi mendesak buku-buku baru itu bergabung dengan penghuni pendahulunya.

Spontan, saya mengeluarkan isi lemari bagian majalah untuk menyusunnya dengan rapi, agar buku dan majalah yang sudah empat hari berserakan tersebut dapat tertata rapi.

Mengeluarkannya satu persatu, saya menemukan banyak majalah yang sampai saat ini belum tuntas saya baca.

Setahun lebih muda dibanding bapak dan setahun lebih tua dibanding mama.
National Geographic edisi ini sudah berusia 53 tahun.
Dioleh-olehkan kekasih sepulangnya dari Filipina.

Edisi-edisi yang berjejer ini sejak 1961 hingga 2012.
Lagi-lagi dioleh-olehkan kekasih ketika selama dua kali keluar negeri.

Yang sebelah kiri saya beli karena penasaran dengan cara pandang orang lain melihat Tanjung Bira.
Yang sebelah kanan saya beli karena di dalamnya 9 orang traveler menceritakan kisah perjalanannya,
termasuk penulis favorit saya, Windy Ariestanty.

Majalah dan buku ini tidak akan lekang oleh zaman,
selama kita ingin menelaahnya, membacanya dalam-dalam.

Salah satu majalah terbaik Tempo (menurut saya) adalah edisi tentang Wiji Thukul,
di edisi ini pula puisi-puisinya disertakan dalam bentuk buku.
Majalah More di edisi itu, memuat tulisan Windy Ariestanty tentang perjalanannya di Maroko,
salah satu tulisan perjalanan terbaik (menurut saya) selain Agustinus Wibowo. 

Merapikan buku dan majalah, memakan waktu yang agak lama. Terlebih ketika saya kembali membaca secara acak majalah-majalah lama.

Ternyata, spontanitas ini memberikan saya banyak pelajaran. Salah satunya adalah menepis kemalasan saya dalam merapikan barang-barang. Bahwa saya adalah orang yang selalu berpikir ketika harus membersihkan - merapikan.

Nih buat jajan