Melancong ke 4 Negara


"Dan, jadi sudah berapa negara yang kamu datangi? Empat ya?" Syarif suatu waktu di obrolan ngidul.

Akhir 2016 saya harus pulang dari Kediri ke Makassar hanya untuk membuat paspor. Seleksi pertukaran pemuda yang diadakan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga dimulai di mana salah satu syarat utamanya adalah paspor.

Ketika pengumuman keluar, nama saya tidak tertera. Jadilah paspor pertama saya itu harus menganggur selama hampir 2 tahun sebelum digunakan. Saya beruntung karena dua dari empat negara yang saya kunjungi dalam kurun waktu dua tahun ini dibayarkan oleh kantor.

Iya, outing ke kantor membuat saya bisa jalan-jalan ke luar negeri untuk pertama kalinya. Mari kita lihat negara-negara apa saja yang saya kunjungi.

Bangkok, Thailand


Perjalanan dimulai sesudah saya merayakan hari ulang tahun ke-26 tiga hari sebelumnya. Kami bertolak dari Bandara Soekarno-Hatta ke Bandara Dong Muang pada pagi-pagi sekali. Penerbangan pertama.

Saya tidak percaya untuk perjalanan ini karena seluruhnya ditanggung kantor. Jika kamu bekerja di biro periklanan, beberapa akan memberikanmu kesempatan untuk jalan-jalan setiap tahunnya. Ke luar negeri jika anggarannya mencukupi 😆


Seluruh perjalanan 4 malam 3 hari itu sudah diatur oleh biro perjalanan yang mengurusi kami sehingga kami hanya perlu mengikuti ke mana rombongan berjalan. Bagi saya yang baru pertama kali ke luar negeri, saya mengikut saja.


Bangkok, dalam perjalanan pertama saya menjejakkan kaki, adalah negara yang beda tipis dengan Indonesia. Semuanya masih berantakan, hanya saja tempat-tempat wisata yang kami kunjungi lebih teratur.

Di Bangkok banyak sekali turis Indonesia sampai-sampai di beberapa tempat wisata ada yang memajang harga dalam rupiah.

Hong Kong


Setahun berselang, masih dari kantor yang sama, saya berangkat ke Hong Kong. Saya tidak tahu harus menuliskan Hong Kong sebagai negara apa. Secara administrasi, negara ini termasuk ke dalam negara Republik Rakyat Cina (RRC).

Namun, keberadaan tempat ini dibatasi oleh batas-batas negara sehingga warga RRC yang mau masuk ke Hong Kong tetap memerlukan paspor dan kartu identitas lainnya.

Berbeda dari Bangkok, Hong Kok sangat teratur dan rapi. Tidak ada puntung rokok di jalan dan tidak ada orang yang merokok di sembarang tempat. Kota ini dipenuhi oleh gedung-gedung pencakar langit berupa apartemen.

Mereka tidak tumbuh ke samping, tapi ke atas.


Satu hal yang membedakan outing ke Bangkok dengan ke Hong Kong adalah kami diberi satu hari bebas tanpa agenda dari biro perjalanan sehingga setiap karyawan yang berangkat bebas mengeksplor Hong Kong.

Beberapa dari kami ada yang ke Disneyland. Konon, tidak lengkap perjalanan ke Hong Kong jika tidak ke tempat wisata tersohor se antero Bumi ini. Sayangnya, saya tidak tertarik.

Saya memilih keluyuran naik MTR (mereka menyebutnya begitu, berbeda dengan di Jakarta di mana kita menyebutnya MRT) ke kawasan-kawasan apartemen yang tersohor. Hasilnya, saya memiliki kesempatan untuk berinteraksi dan melihat warga lokal hidup.

Johor Bahru-Kuala Lumpur, Malaysia


Sebelum jadwal libur lebaran dimulai, saya telah meninggalkan kantor terlebih dahulu. Saya mengambil cuti 2 hari sebelum libur. Saya telah mengantongi tiket ke Johor Bahru, Malaysia dua minggu sebelumnya.

Awalnya saya dan Ade berniat untuk pulang kampung ke Makassar, tapi harga tiket pesawat yang tidak masuk akal membuat kami memilih ke luar negeri. Iya, harga tiket pesawat pergi pulang Jakarta - Makassar seharga dengan biaya perjalanan kami selama seminggu di Malaysia.


Di Malaysia kami berkeliling di berbagai kota seperti Johor Bahru, Malaka, dan Kuala Lumpur. Menyenangkan sekali melihat kebudayaan baru dan benar-benar berbeda dengan kita, apalagi Malaysia tumbuh sedemikian pesat sehingga diprediksi mereka akan berganti status menjadi negara maju beberapa tahun lagi.

Oiya, karena perjalanan kali ini berbeda dari perjalanan sebelumnya yang diatur sepenuhnya oleh kantor, maka kami harus mengatur sendiri perjalanan ini—termasuk anggarannya.

Kami lebih banyak mengemper dan menggunakan transportasi termurah daripada bermahal-mahalan. Perjalanan ini dimulai pada 10 ramadan terakhir dan berakhir sehari sebelum lebaran tiba.

Singapura


Di sela-sela perjalanan selama di Malaysia, kami menyempatkan melipir ke Singapura sehari penuh dan berhasil.

Singapura adalah negara maju dan mereka sangat manusiawi dan teratur. Asri sekali karena banyak pepohonan dan menyenangkan sekali karena di setiap bangunan mereka punya tempat untuk nongkrong dan makan-makan.


Persoalan makanan inilah yang menjadi penggerak kami berkeliling di Singapura: dari jalan kaki, naik MRT, hingga menumpang bus-bus kecil. Oiya, kami tidak menginap di negara ini karena anggaran yang tidak mencukupi. Mungkin suatu saat.

Paspor saya akan kadaluarsa pada 2022. Saya berharap masih akan ada banyak negara yang akan saya lihat. Melancong ke negeri orang membuat saya belajar banyak hal; memberikan saya berbagai sudut pandang dan cerita-cerita menarik. Kamu?

***




Nih buat jajan