Perkara Bapak Memarahi Anak Perempuan

memarahi-anak

"Papa, harus set boundaries biar Alinea tidak selalu ganggu kalau lagi kerja."

Saya tidak tahu bagaimana menanggapi pernyataan ini.

Bentar, tarik napas dulu. Saya juga bingung bagaimana melanjutkan tulisan ini.

Entah bagaimana, seminggu terakhir ini saya benar-benar bingung. Saya tidak punya kesempatan untuk fokus bekerja.

Jelang akhir tahun semua pekerjaan tiba-tiba muncul secara bersamaan. Pendingan-pendingan kerjaan yang stuck di klien itu entah mengapa tiba-tiba jalan. Belum lagi kerjaan yang sudah lancar dari kemarin-kemarin.

Sementara, Aira semakin aktif di usianya 9 bulan. Dia merangkak dengan lincah dan memanjat dengan cepat. Di sisi lain, Alinea kian butuh teman main.

Ade tidak bisa membagi diri antara menemani Aira eksplorasi dan Alinea bermain. Makanya, saya turun tangan. Sayangnya, tangannya turun banget dan susah keangkat. Jadilah kerjaan kantor berceceran.

Jika Alinea saya tinggal meeting atau bekerja di kamar, dia akan menyusul. Menggelayut dan memanjat di meja, lalu menarik-narik saya untuk bermain.

Saya jadi tidak bisa fokus. Sialnya, saya tidak tahu harus berbuat apa. Kalau saya memberinya hape; biasanya cara ini efektif, say merasa bersalah. Saya kasihan melihat dia menunduk dengan wajah bersinar terkena layar hape.

Ade dan saya memang sepakat untuk tidak memberikannya dia hape sebagai alat untuk bermain.

Selain main hape, membaca buku-buku yang ia punya juga efektif. Tapi, durasinya tidak selama main hape. Jika sudah bosan, ia akan kembali menggelayut dan memanjat di meja; lalu menarik-narik saya untuk bermain.

"Papa, ayo main!"

"Papa kerja dulu, ya. Bentar, main sendiri dulu aja."

"Papa, ayo main!"

Kalau sudah berulang-ulang, saya menyerah. Saya tidak tega melihat ia memelas.

Puncak keadaan ini adalah minggu lalu. Waktu itu, saya ada meeting beruntun kurang lebih 2 jam. Masalahnya, saya harus bicara banyak di meeting itu.

Sebelum meeting kedua berlangsung, emosi saya meledak. Alinea mengajak saya bermain. Tidak saya tanggapi. Dia kemudian jongkok; yang ternyata sedang BAB. Sesudah itu, ia kembali mengajak saya bermain.

Tanpa sadar, saya menariknya turun dari lantai dua rumah. Tangan kiringa saya tarik, posisinya tengkurap. Saya menyeret dia di antara anak tangga. Hanya separuh jalan, saya membiarkannya berdiri karena ia menangis dan meronta-ronta.

Saya meninggalkannya di depan kamar mandi dan naik ke kamar di lantai dua. Dia meraung-raung memanggil saya. Ia minta dicebok lalu dimandikan.

Tapi, saya tidak bisa. Saya harus lanjut ke meeting berikutnya. Ia terus menangis dan berteriak.

Saat itu, Ade sedang menidursorekan Aira. Jadi, dia tidak bisa berbuat apa-apa.

Sambil mengobrol dengan atasan saya di kantor, saya mengingat kembali apa yang barusan terjadi. Jadinya, saya tidak fokus. Untuk membuat meeting lancar, saya hanya menjawab seadanya saat ditanya.

Sesudah saya meeting dan hingga saya menuliskan blog post ini, saya menyesal memperlakukannya demikian. Bahkan, saya sempat menanyainya, "Alinea, tadi tidak apa-apa? Apanya yang sakit?"

Ia menyapu dada hingga perut. Saya diam.

"Tadi dia cerita kalau perutnya sakit ditarik Papa," ujar Ade.

Saya diam. Saya sungguh menyesal memperlakukannya seperti itu. Saya kehilangan kontrol.

"Alinea, Papa minta maaf ya?"

Ia menggangguk.

Hingga saat menuliskan ini, saya masih memikirkan perkataan Ade untuk menjaga jarak saat saya sedang bekerja. Alinea, kata Ade, harus diajarkan bahwa Papanya sedang bekerja, tidak bisa bermain, dan tidak boleh diganggu. Tapi, saya bingung. Dia tidak memedulikan saat saya membicarakan ini kepadanya.

Agar bisa tetap menemaninya di siang hari, saya mau tidak mau harus menyelesaikan pekerjaan di malam hari yang keesokan harinya deadline. Beruntung juga hingga saat ini saya masih dibebaskan bekerja dari Makassar. Jadi, Ade punya teman untuk menemani Alinea dan Aira.

Nah, yang paling menantang adalah bahwa saya bukan orang yang kuat begadang. Apalagi jika seharian kamu harus membagi diri antara bekerja, meeting, dan menemani anak bermain. Malamnya, saya akan dengan gampang mengantuk.

Jika sudah begini, saya tidak bisa menahannya dan harus tidur. Hoam..

***

Nih buat jajan