Meninggalkan Kenangan Baik Bagi Anak

meninggalkan-kenangan-baik

Harus ada yang bertanggung jawab terhadap apa yang terjadi padamu selama ini; dan itu ibumu. Dia pengguna obat-obatan dan dia meninggalkanmu.

Begitulah inti percakapan Lionel Dahmer dan Jeffrey Dahmer.

Minggu lalu saya menonton satu serial di Netflix berjudul Dahmer–Monster: The Jeffrey Dahmer Story yang baru tayang September 2022 kemarin.

Jeffery Dahmer adalah pembunuh berantai dan pelaku pelecehan seksual asal Amerika Serikat. Ada 17 orang yang ia bunuh antara 1978 hingga 1991. Selain dibunuh, dilecehkan, korban Jeff juga dimutilasi dan beberapa dimakan olehnya.

Ada adegan di serial tersebut yang menampilkan Jeff memasukkan hati manusia ke microwave, menaburinya bumbu, dan memakannya. Persis seperti adegan makan daging biasa.

Tapi, tahukah kamu bahwa apa yang terjadi pada Jeff sebenarnya tidak datang begitu saja? Ia terbentuk oleh masa kecilnya yang traumatis. Dari sini saya belajar banyak bahwa apa yang terjadi dengan anak-anak di masa kecilnya akan terekam dengan jelas; dan membentuk diri mereka saat dewasa.

Pelajaran dari The Jeffrey Dahmer Story

Ada adegan di serial 10 episode ini yang menampilkan sosok ibu Jeff sedang mengonsumsi obat-obatan dan kontrol ke psikiaternya; yang waktu itu sedang mengandung Jeff.

Ibu Jeff, Joyce Dahmer, adalah seorang yang punya masalah kesehatan mental. Ia mengalami depresi dan kecemasan yang ternyata diturunkan dari keluarganya. Sementara ayahnya sibuk bekerja dan lebih sering tidak berada di rumah.

Semasa kecil, Jeff akrab dengan pertengakaran ayah dan ibunya. Saling meneriaki satu sama lain, membanting barang-barang, dan bahkan pernah ada kejadian di mana sang ibu menodong pisau ke ayah Jeff.

Orang tua Jeff, kemudian berakhir cerai. Si ayah pergi dengan wanita lain, dan si ibu pergi entah ke mana.

Di lain waktu, jika sedang bersama si ayah, Jeff menghabiskan waktunya dengan berburu binatang yang sudah mati atau tertabrak di jalanan. Mereka lalu memotong, mengeluarkan isi perut, dan menguliti si binatang; serta melakukan berbagai eksperimen dengan berbagai bahan kimia; mengingat ayahnya adalah seorang analis kimia.

Di tengah-tengah aktivitas ini, mereka terlibat banyak percakapan yang membentuk Jeff sebagai pembunuh berantai.

Semasa sekolah, ia beberapa kali mengalami bullying. Tidak ada yang benar-benar ingin berteman dengannya melihat tingkah lakunya yang aneh. Saat usianya menginjak 17 tahun, ia hidup seorang diri. Masa quarter life of crisisnya harus dihadapi sendirian. Di masa inilah ia pertama kali membunuh.

Tahun-tahun berikutnya, karena masih harus sendiri dan tidak punya teman, Jeff melakukan berbagai macam pembunuhan. Dari berbagai pengalaman yang dilaluinya, ia juga akhirnya menemukan preferensi seksualnya. Ia lebih tertarik kepada laki-laki.

Sejak episode pertama serial ini, saya merasa sangat terhubung. Saya punya dua anak kecil di rumah. Saat menuliskan postingan ini, Alinea anak pertama usianya 2 tahun 9 bulan dan Aira anak kedua berusia 9 bulan.

Selama proses membesarkan mereka, saya selalu deg-degan. Beberapa kali saya takjub melihat tingkahnya dan mendengar apa yang ia bicarakan. Ia melakukan persis apa yang ia dapatkan di lingkungannya. Ia menirukan dengan jelas perkataan dan tingkah laku saya.

Dari sini, saya mengkonfirmasi bahwa istilah yang menyebutkan bahwa Golden Age seorang anak sangat penting untuk diperhatikan karena di usia ini otak mereka seperti spons; menyerap semua yang ada.

Menonton Dahmer–Monster: The Jeffrey Dahmer Story juga mengingatkan saya pada sebuah judul buku Good Childhood Memories. Mengapa kita tidak meninggalkan kenangan baik bagi anak-anak?

***

Nih buat jajan